PADANG, Sumatera Barat, mendapat
kehormatan menyelenggarakan event nasional “Pertemuan Teater Indonesia 1986”
Dewan Kesenian Jakarta. Sebelumnya pertemuan teater ini dianggap sukses
dilaksanakan diluar Jakarta yakni di Makasar. Penyelenggaraan Temu Teater di
Padang dianggap “heboh” karena dinilai tidak sebagaimana diharapkan. Seusai
acara ramai “nyap-nyap” di sana sini.
Menurutku yang mengikuti kegiatan kesenian selama ini,
termasuk mengikuti acara Pertemuan Teater di Padang, tidak ada yang aneh.
Biasa-biasa saja. Biasa yang dimaksudkan, kekurangan dan kelebihan pada
kegiatan kesenian sudah hal lumrah. Kekurangan dan keterbatasan sudah hal umum.
“Kehebohan” itu aku nilai hanya “ketidakpuasan” karena merasa harus dipuaskan
tapi tidak mempertimbangkan situasi umum pada kewenangan dan keterkaitan pada
sumber “penyandang dana” dihadapi panitia pelaksana.
Aku lihat kegiatan berlangsung saja sebagaimana adanya. Baik
pertunjukan teater, diskusi maupun pemutaran film. Tentu fasilitas tidak
selengkap di Jakarta yang tersedia. Para “pengheboh” lupa bahwa “kesenjangan”
akan hal itu tidak pada tempatnya.
Bersama TEGUH KARYA |
Event nasional ini, menurut hematku, penting bagi
pembelajaran kehidupan berkesenian di semua daerah di Indonesia. Tidak hanya
semua pihak pendukung tapi dari pihak pelaku kesenian sendiri harus terbuka
dalam memahami tiap daerah, karena masing-masing memiliki situasi dan kondisi
yang tidak sama.
Kita patut mencatat harapan, kegigihan dan pengorbanan
budayawan dan impresario Roestam Anwar,
sebagai Ketua Pelaksana Harian, demi
kesuksesan event nasional ini. Termasuk peranan budayawan sastrawan Chairul Harun, penyair Leon Agusta dan teaterawan Wisran Hadi.
Sebelum dan sesudah acara orang teater ini, sebagai salah
seorang penulis muda aku turut “berpartisipasi” untuk berpublikasi
“memeriahkan” event nasional ini, dengan beberapa tulisan pada media terbitan
Padang dan Jakarta.
Bersama TUTI INDRA MALAON |
Aku juga berkesempatan bertemu dengan maestro teater dan
film Indonesia Teguh Karya, aktris
berwatak Tuti Indra Malaon, sastrawan
dan budayawan, sutradara-penulis scenario hebat Asrul Sani dan actor teater Ikranagara
yang datang hadir dari Jakarta. Dapat berbincang singkat dengan mereka dan
mereka melayani tanpa terkesan merendahkan orang yang dihadapannya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar