1 Desember 2016 ini, masyarakat Kota
Sawahlunto memperingati hari jadi kotanya ke 128 tahun. Kota Sawahlunto
merupakan salah satu kota tertua di Sumatera Barat. Dikenal merupakan kota
pertambangan. Masyarakat perantau Piaman di Kota Sawahlunto, turut memeriahkan
hari jadi kota ini dengan menghadirkan atraksi Tabuik Piaman, beserta arakan
diiringi music tradisi gandang tabuik.
Perantau Piaman di Sawahlunto secara khusus mendatangkan Azwar dari Pariaman, untuk membuat Tabuik
setinggi 8 meter. Tabuik dibiayai secara swadaya Orang Piaman yang tergabung
organisasi PKDP (Persatuan Keluarga Daerah Piaman) Sawahlunto. Azwar datang
bersama team kerjanya Fandos Group ke
Sawahlunto sejak tanggal 12 November sampai dengan 21 November 2016.
Azwar pembuat Tabuik
Pasa di Pesta Budaya Tabuik Piaman
2016, event tradisi Orang Piaman sepekan awal bulan Muharam di Pariaman setiap
tahun, selesai event tersebut dilanjutkan kerja pembuatan pesanan Tabuik Ketek
setinggi 2 meter. Memenuhi pesanan untuk event budaya di Jakarta. Tengah bulan
November ini sudah berada pula di Sawahlunto. Menurut informasi, setelah dari
Sawahlunto ini, tampaknya akan terus berlanjut. Sejumlah organisasi perantau
Piaman di beberapa kota sebelumnya juga sudah melakukan pembicaraan untuk
pembuatan Tabuik.
Pengerjaan Tabuik untuk hari jadi Kota Sawahlunto tahun ini,
dikerjakan Azwar bersama kawan-kawan di halaman depan rumah dinas Walikota
Sawahlunto. Sehubungan orang nomor satu Sawahlunto tersebut merupakan “urang
sumando” Piaman (Isteri Walikota berasal dari Pariaman). Mereka mendukung
partisipasi masyarakat perantau Piaman untuk memeriahkan hari ulang tahun Kota
Sawahlunto.
Selama pengerjaan pembuatan Tabuik, sejumlah perantau
bersama Azwar dan kawan-kawan selalu beratraksi gandang tabuik di lokasi
pembuatan. Termasuk di hari terakhir, saat Tabuik dinaikpangkek pada Minggu 20 November 2016, di tempat yang sama
“bertarak tajin” sejumlah masyarakat perantau Piaman yang dihadiri isteri
Walikota Sawahlunto.
Kota Sawahlunto bagi Azwar sang pembuat Tabuik, memiliki kenangan
tersendiri. Kehadirannya di Sawahlunto kali ini bukanlah kali pertama. Di zaman
Walikota Amran Nur, yang berhasil
kembali membangkitkan semangat Kota Sawahlunto, Azwar pernah diminta masyarakat
perantau membuat Tabuik.
Kehadiran Tabuik Piaman sukses tampil di Festival Multicultural 2008 tersebut,
di hari ulang tahun Kota Sawahlunto yang ke 120 tahun. Menjadi bintang lapangan
bersama atraksi barongsai di hari yang sama, selain makan bajamba dan tari
galombang.
WAJAH PERANTAU PIAMAN DI SAWAHLUNTO |
Sebelumnya Azwar hanya ikut menjadi salah seorang pekerja
dalam pembuatan Tabuik. Momen event hari jadi Kota Sawahlunto ke 120 tahun di
tahun 2008 “bersejarah” bagi Azwar sebagai seorang pekerja seni. Itulah Azwar pertamakali dipercaya sepenuhnya
membuat Tabuik. Ternyata kepercayaan itu tidak disia-siakannya. Kesuksesan
kehadiran Tabuik di Festival Multicultural 2008 itu, sekaligus menghapus banyak
keraguan pada kemampuan seorang Azwar di kalangan orang-orang yang mengenalnya
di Pariaman sebelumnya.
Kini, setelah 8 tahun kemudian menjelang hari jadi ke 128
tahun Kota Sawahlunto, 1 Desember 2016, Azwar bersama team kerjanya; Yuang Amam, Amaik, Ajo Muti, Malaikaik, Af
Brimob, Mulfian Simoe, Rendi dan Arkhi,
kembali ke Sawahlunto membuat Tabuik, untuk kemeriahan “bangkitnya” kota
tambang yang berbudaya ini. Menjemput kembali sebuah “kepercayaan” akan kerja
dan dedikasi seni.
Momen kali ini, bagi Azwar sang pembuat tabuik, ibaratkan
sebuah pepatah Minang; “Siriah pulang ka gagang, pinang baliak ka
tampuaknyo.” Menikam jejak yang telah pernah dimulai.
abrar khairul ikhirma
Sawahlunto, 21 November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar