WALAU hari sudah menuju petang hari,
namun cahaya matahari masih terbilang membakar kulit, menguapkan rasa panas.
Kami sampai di Kuala Perlis. Persis di ujung bahagian yang menghadap ke Selat
Melaka. Sungguh berbahagia dapat mencapai daerah perbatasan dari Semenanjung
Malaya ini. Negeri Perlis bahagian utara Malaysia berbatasan dengan Thailand
Selatan.
Titik tujuan di Perlis yakni Masjid Terapung. Sebelum ke
Masjid Terapung, terlebih dahulu mampir di Istana Kayangan tapi ternyata hari
ini destinasi tersebut tutup. Apa boleh buat. Memang tidak momen keberuntungan
untuk sekali dayung, dua tiga pulau terlampau.
Berada di Masjid Terapung Kuala Perlis tidaklah
mengecewakan. Masjid ini terletak di salah satu sudut teluk kecil, dimana dalam
teluk ini dijadikan sebagai kawasan dermaga kapal fery Kuala Perlis – Langkawi.
Pulau Langkawi kebanggaan Malaysia yang berada dalam Negeri Perlis. Ramai
dikunjungi pelancong. Karena Pulau Langkawi dibuka sebagai suatu kawasan
pariwisata internasional.
Saat berada di Masjid Terapung, pasang Selat Melaka sedang
turun. Bila berada di bahagian luar masjid, akan terlihat tonggak-tonggak
penyangga bangunan yang dipancang menjorok dari daratan ke arah selat. Melihat
arsitekturnya lebih menekankan arsitektur tidak rumit. Terkesan aroma menstilir
bangunan surau zaman lama, pun sedikit aroma “kejawaan” dengan bentukan
atapnya.
Waktu sholat Ashar aku gunakan untuk masuk ke dalam masjid.
Tempat wudhuknya bersih, memiliki jarak yang pas dengan tempat sholat. Di dalam
ruangan tempat wudhuk, terbaca himbauan kepada para pengguna, mengingatkan
bahwa persediaan air terbatas. Sebuah himbauan sangat halus, andaikan kita peka
dengan kepedulian. Peduli untuk menggunakan persediaan air dengan baik.
Menurutku besaran ruang masjid biasa-biasa saja. Interiornya
terkesan sederhana. Membuat pandangan terasa nyaman.
Aku sengaja bersholat
dekat jendela kaca, jendela di salah satu sisi masjid arah utara, ke arah
hamparan Kuala Perlis.
Udara diluar yang terasa panas, berada dalam masjid terasa sejuk. Karena
masjid dilengkapi dengan berpendingin.
Kawasan Masjid Terapung ditata sedemikian rupa. Karena
berada pada lokasi dengan view Kuala Perlis, otomatis akan banyak dikunjungi
para pelancong, tersedia areal parkir dan ruang public untuk bersantai. Terasa
sekali bahwa suasana kenyamanan adalah penting dan mendapat perhatian dengan
magnet Masjid Terapung dan Selat Melaka di hadapan.
Pada sudut halaman masjid terdapat sebuah gazebo. Pandangan
terbuka ke Selat Melaka. Dapat menikmati udara bertiup. Kehangatan sinar
matahari di waktu petang. Juga menyaksikan lalulintas kapal fery keluar masuk
pelabuhan untuk pergi-pulang dari Pulau Langkawi.
Ada beberapa bus masuk kawasan parkir. Terlihat turun
rombongan berpakaian Melayu. Mereka bergegas untuk melaksanakan sholat di
masjid. Kehadiran rombongan ini berbaur dengan pelancong yang berada di sana
sini masjid.
Aku menyempatkan diri memotret. Mengabadikan suasana dan
objek.
Terimakasih Amelia
Hashim, penulis Malaysia asal Kedah, yang telah berbaik hati dapat
menghantarkanku ke salah satu titik Perlis, Negeri Utara Malaysia. Di hari Raya
Iedhul Adha 12 September 2016. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar