Akhirnya…, aku pun dapat mencapai
salahsatu kawasan wisata Melaka yakni kawasan Pantai Klebang. Mula-mula
terpandang dari kejauhan adalah monument “1 Malaysia,” tinggi menjulang
diantara pohon-pohon pelindung. Kemudian Museum Kapal Selam. Sebuah Kapal Selam
yang tidak digunakan lagi, diangkat ke daratan, dijadikan sebagai museum. Hari
sudah berangsur petang. Cahaya matahari enggan mengurangi udara yang panas,
sebagaimana lazimnya udara pantai.
Sama seperti melintas di Monumen 1 Malaysia, Museum Kapal
Selam hanya aku lihat dari jauh saja. Tujuanku hanya sekadar jalan-jalan. Tidak
untuk mengetahui lebih detil sebagaimana tugas jurnalistik membutuhkan data,
informasi dan berada pada suatu objek. Karenanya aku tidak tertarik untuk
berbaur di kawasan pantai, ramai orang dan ramai pedagang.
Di kawasan yang disebut pantai ini, rupanya tidak jauh beda
dengan yang terjadi di kawasan objek-objek wisata di Indonesia. Penuh dengan
pedagang. Para pedagang minuman dan makanan bedanya tidak membuat tenda dan
pondok dimana suka seperti di Indonesia. Disini pedagang yang disebut peniaga
menggunakan mobil pick-up, terparkir membentuk barisan. Namun bagiku tetap saja
pemandangan serupa tidaklah membuat suasana menjadi nyaman.
Pengunjung pantai terlihat memanfaatkan kerindangan pohon,
ada juga memilih berada di bawah payung-payung pedagang. Sementara ramai juga
menikmati siraman cahaya matahari di pasir. Terlihat ada pengunjung menggunakan
tunggangan kuda penambah daya tarik. Di Pantai Klebang ini, terdapat hamparan
gundukan pasir, membentuk perbukitan pasir berkesan suasana padang pasir di
benua Arab.
Kabarnya kawasan Pantai Klebang ini, ramai dikunjungi
pengunjung disaat hari libur. Ada juga memilih untuk menginap. Saat melintas
sekitar monument 1 Malaysia tadi, aku sempat melihat jejeran banyak bangkai
mobil bus disusun di udara terbuka. Ternyata bangkai bus itu memang sengaja
diletak di sana. Bus-bus itu telah disunglap menjadi kamar tidur. Rupanya di
tempat itu adalah kawasan penginapan, penginapan unik dengan kamar tidur berada
di dalam mobil bekas.
Semula mendengar nama Klebang itu terkesan bagiku nama salah
satu menu makanan. Karena perut sudah terasa lapar, kami bertujuan mencari
makanan. Tadinya hendak bersantap di Kampung Portugis. Tetapi jenis makanan
yang dicari tidak ada. Pun kedai-kedai sepertinya masih sepi-sepi saja. Mungkin
masih terbilang siang. Tampaknya suasana tempat ini, lebih ternikmati untuk
suasana santai pada waktu malam hari.
Kemudian menjauh dari kawasan pantai, setelah menelusuri
jalan penghubung, masuk ke dalam sebuah jalan gang. Sekitaran 100 meter.
Sebelum membelok di ujung gang pandanganku langsung tertumbuk pada gapura yang
mencolok warnanya. Meriah euy!
Kawasan parkirnya lumayan luas. Banyak mobil pribadi terparkir. Di salah satu
pojok halaman bertumpuk bekas buah kelapa muda dibelah dua. Sepertinya sengaja
diletak di sana, penanda bahwa tempat ini menyediakan minuman berbahan buah
kelapa.
Ramai orang antri petang saat kedatanganku. Memang
dibutuhkan kesabaran. Apalagi disaat makan siang atau pun hari-hari libur.
Jumlahnya bisa luarbiasa. Tempat ini salah satu magnet kuliner di kawasan
Pantai Klebang. Terlihat pelayan sibuk melayan. Tak putus-putusnya. Tiap
pesanan dimasukkan ke dalam kantong plastic. Seperti si pemesan akan membawanya
pergi dari tempat ini. Rupanya tidak. Mereka yang sudah dapat apa yang
dipesannya masuk ke dalam. Menikmati makanan dan minuman di meja-meja yang
disediakan.
Bangunan tempat itu hanya berupa bangunan yang disangga
tiang tinggi dan beratap. Tidak berdinding. Mengingatkan bangunan los pedagang
di pekan-pekan yang ada ditiap daerah di Ranah Minang. Kira-kira besarnya
sebesar Los Lambuang di Balai Kurai Taji,
Pariaman. Bedanya, di los Kurai Taji ada sejumlah pedagang di bawah atap itu
yang berjualan. Sedang ini hanya satu pedagang! Meja-meja terbilang tersusun
rapat, menandakan dapat menampung banyak orang untuk menikmati makanan dan
minuman.
Aku menikmati sebungkus nasi lemak dan segelas minuman coconut shake. Sebungkus nasi lemak bagi
orang kampungku terbilang sedikit porsinya. Nasi lemak berlauk kering goreng,
ikan kecil disebut Orang Padang sebagai lawuak bada. Jumlahnya tak lebih dari 5
ekor. Bada itu dicabai merah goreng tapi tak lebih hanya minyak sesendok teh.
Pun menemu dadar telor tipis seukuran 1 cm x 1 cm. Hanya itu.
Sangat praktis. Pembeli antri mendapatkan pesanan. Setelah
mendapatkan pesanan, mereka menjinjing kantong berisi makanan dan minuman ke
dalam. Kemudian mencari meja untuk menikmatinya. Setelah itu mereka pergi.
Konon tempat ini sekarang sudah menjadi suatu objek
destinasi bagi mereka yang berkunjung ke Melaka. Minuman coconut shake,
merupakan minuman yang banyak digemari penyuka kuliner. Akupun dapat menikmati
minuman yang digemari banyak orang hingga bela-belain
datang ke sini. Rasanya memang sedap. Bukan pelepas haus dahaga tapi rasa enak
pembasah kerongkongan. Meskipun sepulang dari sini, sampai di rumah tubuhku
menjadi demam tersentuh minuman ice. Keh keh keh (*)
abrar khairul ikhirma
Melaka
18 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar