SALAH satu yang
menarik perhatian, pertama mendatangi Kota Alor Setar, pusat Negeri Kedah,
ialah Balai Nobat. Karena bangunan Balai Nobat berada di persimpangan jalan
yang berarus lalulintas cukup ramai.
Bangunannya sudah mengesankan berusia tua. Memiliki
arsitektur jauh beda dengan bangunan-bangunan modern, yang kini mudah kita
temui dimana-mana. Walau pun berupa menara yang tak terlalu tinggi tapi bagi
setiap pengguna jalan yang melewati, pasti tetap akan tercuri pandang ke arah
bangunan ini.
Aku mudah terpikat pada bangunan-bangunan lama, dimanapun
aku temui ke daerah tempat yang pernah aku kukunjungi. Beberapa kali melintasi
kawasan Kota Alor Setar, sejumlah itu pula aku dapat terpandang bangunan Balai
Nobat. Bangunannya terawat dengan baik. Dicat dengan warna terang. Pintu yang
tertutup.
Apakah Balai Nobat ??? Aku beruntung dan berterimakasih
menjumpai salah seorang penulis Malaysia berasal dari Kedah, Amelia
Hashim, yang memberi keterangan bahwa dalam bangunan itu tersimpan
perlatan music milik kerajaan. Alat-alat music itu hanya dimainkan oleh pemusik
khusus, di dalam penobatan Raja. Merupakan warisan kerajaan, juga kekayaan
tradisi yang sangat bernilai.
Balai Nobat dibangun pada masa awal menjelang dibukanya
Bandar Alor Setar, tahun 1735, beriringan masa dibangunnya Istana Kota Setar, Balai Besar dan Masjid Negeri. Pembangunannya terjadi di masa Sultan Muhammad Jiwa
Zainal Adilin Mua’adzam Shah II, Sultan Kedah ke-19 (1710-1778). Bagaimana
bentuk asli Balai Nobat yang pertama dibangun, tidak dapat dikenal pasti tapi
masa itu tentu menggunakan bahan kayu. Tidak serupa sekarang yang terlihat
berbahan batu bata.
Sekarang Balai Nobat Kedah dijadikan tempat menyimpan
alat-alat musik Nobat DiRaja yang hanya dimainkan pada upacara-upacara DiRaja
seperti hari pertabalan, perkahwinan
dan persemadian DiRaja. Alat muzik
Nobat terdiri daripada tiga rebana
besar, dua rebana kecil, satu gong
dan satu serunai ini konon mampu
menghasilkan satu gabungan bunyi yang mengasyikkan. Dikenal sebagai “muzik
nobat,” satu bentuk lagu kebudayaan Negeri Kedah.
Karena Balai Nobat tidak dibuka untuk umum, aku hanya selain
dapat memandang sambil lewat beberapa kali di jalan di salah satu sisi
bangunan, pun berkesempatan mendekat hanya bisa menatap dalam jarak jauh saja,
ketika akan melangkah berkunjung menuju Museum Istana Pelamin, yang berjarak
beberapa meter dari Balai Nobat. Ketika cuaca dalam bermendung di Kota Alor
Setar. Hujan baru mereda dengan gerimisnya. Siang berangkat perlahan di tarikh
05 September 2016, pada suasana hati penuh kekaguman akan selera penuh citarasa
seni para pendahulu pembangun kota ini.
Menurut catatan yang diperdapat, pada zaman Sultan Ahmad
Tajuddin Mukarram Shah, Sultan Kedah ke-24 (1854-1879), Balai Nobat yang baru
dibangun setinggi lima tingkat. Seluruh bangunan ini dibangun memakai bahan
kayu dan beratapkan zink.
Kemudian pada zaman Sultan Abdul Hamid Halim Shah, Sultan
Kedah ke-26 (1882-1943), bangunan dibangun memakai bahan batu dan logam.
Bangunannya tetap tidak dirobah. Tetap meniru bangunan asli dari bahan kayu
sebelumnya. Berupa tiga tingkat dan kubah terletak di puncak. Dimana kubah
menjadi symbol yang mencerminkan nilai keislaman. Pembangunannya selesai tahun
1906.
Abrar Khairul Ikhirma
Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar