Aku masih belum berhenti menulis puisi. Belum
meninggalkan puisi sebagai media pencatat perjalananku. Tentu saja kebiasaan
mencatat pikiran dan perasaan yang ditimbulkan selama perjalanan dilakukan.
Bahkan setelah perjalanan.
Aku kira perbedaannya antara keduanya, ketika dalam
perjalanan, puisi terlahir dengan spontan. Datang seketika. Dituliskan dengan
ketergesa-gesaan. Beda dengan hari-hari sesudah melakukan perjalanan, puisi
lahir seakan telah mendapat saringan waktu. Jarak dengan objek dan suasana.
Melalui permenungan. Tetapi keduanya sama-sama memerlukan inspirasi secukupnya.
Puisi-puisi perjalanan itu, ditulis dalam saat melakukan
perjalanan selama beberapakali ke sejumlah pulau di Kepulauan Riau, dihimpun ke
dalam sebentuk buku puisi berjudul, “Hang Tikam Tuah Kenang.” Ide judul buku
berkesan Melayu ini, memang bertujuan sebagai penghantaran pada puisi, yang
memang berkisah mengenai “melayu” dan “kemelayuan.”
Buku ini diterbitkan secara sederhana, simple, tipis, agar
pembaca tidak dihantui rasa malas untuk membaca, tersebab berisi banyak puisi,
hingga buku harus dicetak dengan dijilid tebal.
Melalui buku ini ditujukan sebagai apresiasi mengenang 2
penyair besar Riau, Idrus Tintin dan
Ibrahim Sattah. Mengenang 2 penyair
besar Sumatera Barat, Abrar Yusra
dan Leon Agusta. 2 penyair “Ranah
Minang” ini dalam periode catatan perjalanan kesenian di Riau, pernah bergiat,
berkarya dan menularkan kehidupan seni di Pekanbaru. Keempat nama penyair besar
inipun, sama-sama tercatat di pentas nasional, sebagai Penyair Indonesia.
HANG TIKAM
TUAH KENANG
Sekumpulan
Puisi: Abrar Khairul Ikhirma
Tebal: 40
halaman
Cetakan
Pertama: 17 Agustus 2016
Penerbit
(indie): Cati Bilang Pandai, Padang
Berisi 32
puisi: Kehadiran – Pergantian – Sakai –
Idrus Tintin – Tanjung Pinang – Penyengat – Pada Cemasku – Tanjung Balai
Karimun – Tarempa – Asbon Budinan Haza – Sang Aktor – Abrar Yusra – Hujan Itu –
Samakah Hujan – Selat Panjang – Saru – Leon Agusta – Agustus – Kepergian –
Hanya K – Lanun – Selat Rengit – Bukit Kisah – Tanjung Samak – Buton – Melintas
– Menggaram Angin dan Tak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar