Suatu siang, aku asyik melukis dalam
kesendirianku di Sanggar Pasamayan.
Melukis menurutku saja. Menggunakan sehelai kain bekas, cat air bekas-bekas
pembuatan spanduk. Sendiri menghuni sanggar di sudut depan Taman Budaya Padang sudah pemandangan biasa bagi mereka-mereka yang
pernah “bermain” ke Taman Budaya di
tahun 1980-an.
Siang itu, aku kedatangan seorang teman dari Bukittinggi
yaitu Heru B. Iskandar. Bertubuh sehat, berpakaian rapi, suka bicara
cepat dan menyergah.
Aku memanggilnya dengan Heru. Masa tahun 1980, untuk dunia
kepenulisan di media cetak suratkabar terbitan Padang, Sumatera Barat, nama
kami berdua adalah nama yang fenomenal. Karena aktifitas kami menulis terbilang
“teratas” dibandingkan dengan regenerasi teman-teman seusia kami, mensuplay
beraneka macam kebutuhan media berita Koran. Nama kami hampir tak pernah absen
dari pekan ke pekan di penerbitan harian suratkabar daerah.
Dibandingkan kepopuleran nama di dunia kepenulisan, kami
lebih banyak dikenal sebagai jurnalis muda, lebih akrabnya sebagai wartawan
cilik. Pada masa 1980 adalah tahun-tahun tumbuh suburnya regenerasi
kewartawanan dan penulis-penulis di Sumatera Barat (Sumbar) melalui media
cetak, yang dimasa itu hanya tiga penerbitan besar yaitu Harian Haluan, Harian
Singgalang dan Harian Semangat.
Memenuhi pangsa pasar tiga provinsi, Sumbar-Riau dan Jambi. Bahkan sampai
mencapai pembaca “orang rantau” di Jakarta.
Ada dua daerah di Sumbar yang dikenal tumbuh subur
regenerasi kemunculan jurnalis muda dan penulis, yakni, Kota Pariaman dan Kota
Bukittinggi. Pada saat itu tak dipungkiri kami berdua adalah “bintang” nya. Aku
“bintang” dari Pariaman dan Heru “bintang” dari Bukittinggi.
Pada waktu kedatangan Heru “menemuiku” di Taman Budaya
Padang, adalah masa-masa awal aku hijrah dari Pariaman ke Kota Padang dan
bergabung di Sanggar Pasamayan. Pada saat yang sama, Heru sendiri juga hijrah
dari Bukittinggi ke Solok. Alasan hijrah ini, sama-sama bertujuan menyelamatkan
pendidikan kami di sekolah formal, yang mengalami “kerumitan.”
Nama Heru semakin “dikenal” tersebab dia menulis sejumlah
berita kasus. Sehingga topic berita yang ditulisnya heboh dan namanya juga ikut
menjadi perbincangan karena keberaniannya.
Masa aku berada di Taman Budaya Padang, hampir setiap waktu
aku ditemui oleh banyak penulis dan seniman. Mereka-mereka itu pada umumnya
lebih banyak aku kenal hanya nama di suratkabar. Sebaliknya mereka sangat
mengenalku walau belum pernah berjumpa sama sekali.
Beberapa tahun silam, kenangan kedatangan Heru menemuiku ke
Taman Budaya Padang, kembali muncul, tatkala Dodi Nurja, seorang teman jurnalis memberitahu bahwa ada gambarku
bersama Heru, yang diposting di fesbook bernama Budi Tan. Aku bersyukur, momen itu masih disimpan Heru dalam
sebentuk foto.
Pada hari yang sama kedatangan Heru, kami dari Taman Budaya
Padang, berjalan kaki menelusuri sepenggal Kota Padang. Salah satunya ke daerah
Batang Arau. Mampir menemui keluarga saudara Heru di salah satu bangunan tua
pecinan di kawasan yang lebih dikenal sebagai Muaro Padang. Sejak itu kami tak
pernah berjumpa lagi, sampai saat ini. Termasuk juga tidak pernah berkomunikasi.
Aku teringat di masa tahun 1980-an itu, bila aku berada di
Kota Bukittinggi, bersama Heru, kami suka menikmati suasana malam.
Berjalan-jalan dari Birugo, Lapangan Kantin, Kawasan Pasa Bawah hingga akhirnya
berakhir di Pasa Ateh, Kawasan Jam Gadang. Duduk di salah satu kedai kopi,
bercakap-cakap sampai mata benar-benar meminta untuk tidur merebahkan tubuh.
Selain menulis berita untuk suratkabar, nama Heru B.Iskandar
juga tercantum dalam dunia kepenulisan puisi. Banyak sudah puisi-puisi yang
pernah ditulisnya. Bahkan puisinya seringkali lolos redaksi untuk dimuat di
Majalah Zaman, anak majalah Mingguan Berita Tempo, Jakarta.
Di paruh akhir tahun 1990-an, aku pernah dengar, dia
bergerak pada usaha penerbitan majalah kumpulan cerpen. Kemudian dengan berani,
bersama teman-temannya di Jakarta, dia menerbitkan tabloid hiburan yang laris
bak kacang goreng. Tabloidnya fenomenal hingga akhirnya ditutup.
Terakhir aku dengar, Heru sampai kini, menerjuni usaha
pemasangan jaringan internet, pembuatan tower ke pelosok daerah di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar