Bagiku, bila bepergian ke suatu
daerah, mengunjungi objek-objek bersejarah, tempat-tempat seni dan kebudayaan,
adalah suatu yang membahagiakan. Termasuk dapat mengunjungi dua kali Dewan
Bahasa Pustaka (DBP) Kuala Lumpur, Malaysia, pada waktu berbeda, dengan momen
yang sama yakni sastra.
Bagi kalangan pecinta sastra, pusat bahasa, kesastraan dan
perpustakaan, selalu menjadi impian sebagai tujuan. Karena di tempat semacam
itu, terasa bagaimana suatu bangsa dan Negara, meletakkan symbol “penghargaan”
betapa pentingnya bahasa dan kepustakaan, di dalam membangun karakter dan
kebudayaan manusia.
Dewan Bahasa Pustaka (DBP) Kuala Lumpur adalah kebanggaan
masyarakat dan Negara Malaysia. Karena dari dewan ini, digerakkan berbagai
kegiatan kebahasaan Bahasa Melayu, yang menjadi bahasa Negara Malaysia. Dari
dewan ini diterbitkan berbagai buku-buku bacaan ilmu pengetahuan, kegiatan
penelitian, seminar sampai kepada pendokumentasian.
MARET 2014 |
DBP Kuala Lumpur tidak hanya bergerak sendiri di pusat
pemerintahan Malaysia, kini sudah mengembangkan ruang gerak dengan kehadiran kantor
DBP di Kota Kinabalu-Sabah, DBP Kucing-Sarawak, DBP Wilayah Utara di Bukit
Mertajam, Pulau Pinang, DBP Wilayah Timur di Kota Bharu, Kelantan, DBP Wilayah
Selatan di Johor Bharu, Johor. Dengan demikian upaya memajukan kebahasaan dan
kepustakaan pada masyarakat Malaysia lebih dapat berjalan efektif.
DBP Kuala Lumpur memiliki tower yang megah dengan arsitektur
beratapkan berupa buku yang terkembang di puncaknya. Pada perjalanan
sejarahnya, DBP dibangun semangat perjuangan bahasa oleh banyak sastrawan
Malaysia yang ingin “menegakkan” bahasa Melayu dan membangun jati diri bangsa
dengan sumber-sumber keilmuan melalui dunia bacaan.
SEPTEMBER 2017 |
DBP atau nama pertamanya Balai Pustaka, adalah sebuah
jabatan pemerintah Malaysia yang didirikan pada 22 Juni 1956, untuk
menggerakkan dan mengangkat bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan, bahasa
resmi dan bahasa keilmuan.
DBP memiliki sebuah auditorium yang sampai saat ini, secara
terus menerus sebagai tempat diselenggarakan pelbagai kegiatan, baik berskala
Malaysia maupun antar bangsa. Pada setiap kegiatan, di halaman auditorium
selalu hadir pustaka bergerak, mobil yang menjadi gerai penjualan buku-buku
terbitan DBP maupun ITBM-Pena dan penerbit lainnya.
Pertamakali mengunjungi DBP Kuala Lumpur, pada bulan Maret
2014. Berkaitan dengan menghadiri Anugerah
Puisi Dunia Numera 2014, yang diselenggarakan Persatuan Sasterawan
Nusantara Melayu Raya (Numera) Malaysia. Numera mengadakan kegiatan bertempat
di Auditorium DBP dan Sanggar Tun Sri Lanang di lantai puncak Tower DBP.
DEPAN AUDITORIUM DBP KUALA LUMPUR |
Aku tak pernah membayangkan, kiranya aku dapat menikam jejak
pertamakali itu tiga tahun kemudian, menghadiri Temu Penyair Asean 2017, bertempat di auditorium DBP Kuala Lumpur.
Diselenggarakan ITBM-Pena Malaysia pada bulan September 2017.
Walau pun kehadiranku hanya sebagai peserta pada dua momen
acara kesastraan itu, namun aku merasa beruntung dapat menjejak pusat kegiatan
bahasa dan pustaka dari suatu Negara, yang pastinya menjadi symbol betapa
pentingnya bahasa dan pustaka dalam membangun bangsa.
Pada dua kesempatan berada di DBP, kuakui, aku belum
mendapat kesempatan untuk berlama-lama mengenali satu persatu yang ada di DBP.
Karena di DBP terdapat ruang pameran, kedai buku, sejumlah keredaksian
penerbitan di bawah naungan DBP. Tetapi dapat 2 kali mengunjunginya saja, aku
kira sudah hal yang cukup membahagiakan sebagai seorang pecinta bahasa (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar