Sampai akhir hayat sastrawan,
budayawan dan wartawan Chairul Harun,
tak pernah berhenti untuk menulis. Menjelang akhir hayatnya, beliau terus
menulis tulisan opini untuk rubric “Komentar” di suratkabar Harian Singgalang,
Padang, Sumatera Barat.
Novel WARISAN, 1979, diterbitkan penerbit Pustaka Djaya,
Jakarta. Novel yang bersetting dilema warisan dan masalah social di Tanah
Minang.
Novel sastrawan Indonesia, kelahiran Kayutanam, 17 Agustus
1940, Sumatera Barat ini, direkomendasi juri Sayembara Mengarang Roman Dewan
Kesenian Jakarta. 1976. Kemudian novel Warisan meraih hadiah Yayasan Buku
Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979).
Seterima mendapat Hadiah Buku Utama, sastrawan dan budayawan
A. A.Navis, membuat kejutan dengan berinisiatif secara pribadi, mengadakan
selamatan di Hotel Muara Padang, sebagai penghargaan terhadap seniman di
daerah.
Setahun sebelum Chairul Harun wafat, Yayasan Abdul Muis,
Jakarta, menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, SANG GUBERNUR, 1997. Umumnya
cerpen yang terhimpun dalam buku ini, merupakan cerpen-cerpen sastrawan Chairul
Harun yang pernah dipublikasikan di Majalah Sastra Horison, Jakarta.
Cerpen Chairul Harun memiliki konteks dengan situasi social dan
politik di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, yang kadangkala “mematikan.”
Dalam karya-karya Chairul Harun, “polusi politik” yang kita hirup setiap kita
bernafas sepertinya adalah bagian dari polusi lingkungan di dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain Warisan dan Sang Gubernur, Chairul Harun dalam tahun
1990-an bukunya tentang Randai, diterbitkan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Karya puisinya diterbitkan CV Genta, Padang, dalam buku Antologi “Monumen
Safari” bersama Leon Agusta, Rusli Marzuki Saria dan Zaidin Bakry.
Cerita pendeknya terdapat dalam antologi, “Laut Biru Langit
Biru,” susunan Ajip Rosidi, Jakarta, 1977. Buku antologi “Jakarta, Cerita
Pendek Indonesia,” susunan Satyagraha Hoerip, diterbitkan di Kuala Lumpur tahun
1982.
Chairul Harun juga ikut dalam buku “20 Sastrawan Bicara” terbitan
Sinar Harapan, Jakarta (*)
abrar khairul Ikhirma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar