Mungkin aku tak terlalu berharap akan dibaca hari ini oleh setiap orang yang melihat atau menyimpannya, namun aku merasa suatu hari kelak, ada yang membutuhkannya untuk mengetahui bagaimana gambaran pada saat karya itu ditulis.
HANG TIKAM TUAH KENANG DI TANGAN YURNALDI - PADANG |
Aku muncul seketika di pertengahan bulan Februari 2017, pada
sebuah rumah di komplek perumahan di daerah Batang Kabuang, arah utara pusat Kota
Padang. Ini kunjungan keduaku setelah bertahun-tahun “menghilang” dari “keterhubunganku”
dengan banyak orang pada rumah ini. Kunjungan pertamakali di minggu pertama
bulan Agustus 2016. Aku tidak berjumpa dengan orang yang ingin kujumpai. Saat
itu aku hanya bertemu dengan isterinya yang sudah anggap saudara.
Kedatangan kedua ini pun orang yang akan kutemui juga tidak
berada di rumah seperti kedatangan pertama dulu. Isterinya menelepon suaminya,
memberitahu kedatanganku. Dia meminta aku menunggunya sesaat, untuk dapat kami
berjumpa.
Hari itu aku berjumpa dengan Yurnaldi, teman satu
angkatan dalam dunia kepenulisan pada media cetak suratkabar di Sumatera Barat
sejak tahun 1980-an. Kami pernah sama-sama menjadi redaktur di Koran Masuk Sekolah Harian Singgalang,
Padang.
Aku tidak menseriusi dunia jurnalistik tapi lebih cenderung hidup pada
dunia kesenian. Sedang Yurnaldi menekuni dunia jurnalistik hingga kemudian hari
dapat bekerja menjadi wartawan di suratkabar nasional Harian Kompas, Jakarta. Setelah berhenti dari
Kompas dia sempat bekerja di beberapa penerbitan suratkabar dan menulis
buku-buku pengalamannya menjadi wartawan.
DI TANGAN PENYAIR MALAYSIA ROSMIATY SHAARI - KUALA LUMPUR |
Pertemuan kami itu berlangsung dengan perbincangan sekitar
dunia jurnalistik maupun sastra dan dunia kesenian. Perbincangan yang memakan
waktu tak kurang dari 4 jam itu, ditemani dengan sajian mpek-mpek yang enak, kuliner buatan isteri Yurnaldi sendiri yang
berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Daerah yang dikenal di Indonesia
dengan makanan spesifik mpek-mpek. Dalam waktu terakhir, Yurnaldi bersama isterinya
bergiat dalam produksi melayani pesanan makanan khas mpek-mpek tersebut.
Setidaknya Yurnaldi tahu kepribadianku, terutama sejak aku “menghilang”
bertahun-tahun, tidak kebiasaanku untuk mau bersengaja menemui seseorang.
Karenanya, kedatanganku ini baginya dan isterinya, sungguh suatu hal yang
istimewa di bulan Februari 2017. Aku sendiri memang suka memberikan surprise pada orang-orang tertentu yang
kukenal. Termasuk aku “hadiahkan” sebuah buku kumpulan puisiku “Hang Tikam Tuah
Kenang,” yang diterbitkan pada 17 Agustus 2016.
MONOLOGER ILHAMDI SULAIMAN & LILY SITI MULTATULIANA - JAKARTA |
Buku kumpulan puisiku yang keenam Hang Tikam Tuah Kenang,
memang tidak kulakukan pemasarannya seperti sekarang gencar dilakukan oleh
mereka yang menerbitkan buku, melalui jaringan media social. Tetapi buku puisi
ini untuk pertamakalinya, sudah “aku hadirkan” pada sejumlah personal saat
mengikuti “Temu Penyair Asean 2016” di Kuala Lumpur, Malaysia, yang
diselenggarakan ITBM-Pena-Dewan Bahasa Pustaka, Malaysia, 2 – 3 September 2016.
Kemudian pada minggu ketiga bulan yang sama, aku hadirkan buku
puisiku Hang Tikam Tuah Kenang di Negeri Melaka, pada acara yang kuhadiri “Malam Puisi Sungai Melaka @ Festival Antar
Bangsa Sungai Melaka 2016,” yang diselenggarakan PENAMA --- Persatuan
Penulis Negeri Melaka, 18 September 2016.
Hari Puisi 2016
di Taman Ismail Marzuki Jakarta, yang diselenggarakan minggu kedua bulan
Oktober 2016, aku tak hadir dalam “kemeriahan puisi” itu, meskipun ramai
berdatangan para penyair dari berbagai daerah, komunitas dan personal di
Indonesia dengan “penuh semangat.” Aku pun sebelumnya juga tak pernah
menyertakan puisiku untuk dapat termuat dalam buku antologi puisi tebal yang
diterbitkan, berkaitan dengan acara tersebut.
INDONESIA - SINGAPURA DI TIM JAKARTA |
Akan tetapi melalui media social fesbook, aku mengetahui bahwa sejumlah buku puisiku Hang Tikam Tuah
Kenang, berada di tangan sejumlah orang sekaitan suasana itu. “Kehadiran” buku
puisiku di Hari Puisi 2016 ini adalah semata-mata hanya inisiatif dari bu Lily
Siti Multatuliana SutanIskandar, seorang yang dikenal dalam beberapa
tahun terakhir, bergiat pada berbagai acara sastra di Malaysia dan Indonesia, sengaja
datang dari Negeri Melaka, Malaysia ke Jakarta – Indonesia, “menghadiri” Hari
Puisi 2016, salahsatu acara besar sastra Indonesia. Tentu saja inisiatif itu
suatu hal yang positif dan patut diucapkan terimakasih.
Sebelum pulang ke tanah air, sewaktu berada di Melaka, aku
memang “menyerahkan” sejumlah buku puisi Hang Tikam Tuah Kenang pada bu Lily,
mohon bantuannya, mana tahu teman-teman di Malaysia yang ingin “memiliki” buku
itu dapat memiliki via bu Lily. Termasuk juga dengan maksud yang sama, sebelumnya
aku juga telah mohon bantuan saat berkunjung ke Negeri Kedah pada bu Amelia
Hashim, penulis wanita Kedah. Terakhir kuketahui bu Amelia kemudian juga
“menitipkan” buku tersebut kepada bu Lily di Melaka. Terimakasih (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar