Pertama mengunjungi Masjid Selat
Melaka ini, di hari yang baik. Hari Jum’at. Satu hari dalam bulan September
2016. Masjid ini ramai para lelaki. Halaman parkir yang luas penuh kendaraan. Cahaya matahari menyengat.
Air Selat Melaka tenang dan tak berombak. Memandang kejauhan pandangan seperti berkabut.
Arsitektur Masjid Selat sungguh menarik. Mampu memberi daya
artistic pada lingkungan sekitar, yang sekelilingnya biasa-biasa saja. Mungkin
akan terasa bernilai lebih, andaikan sekeliling wilayah daratannya tumbuh
pohon-pohon yang rindang. Sehingga waktu siang, kala matahari bersinar terang,
akan mendatangkan kesejukan.
Awalnya aku menduga, bentuk bangunan masjid dari outdoor
sudah memikat, tentu bahagian dalamnya akan jauh lebih menarik sebagai suatu
seni interior. Rupanya setelah berada di dalamnya, ternyata biasa-biasa saja.
Pemandangan biasa juga yang ditemui di banyak masjid. Termasuk menengadah
memandang kubahnya. Lebih dibiarkan polos.
Menjelang masuknya waktu sholat aku keluar lagi dari dalam
masjid, ke bahagian teras masjid yang menghadap arah selat.
Di beberapa
bahagian sudut sebagai pembentuk lengkungan, antara tiang, terasa ada
denyutnya.
Aksentuasi agar tidak semuanya terbuka, ada pembatas antara bahagian
luar dengan bahagian teras. Membentuk lubang-lubang angin. Tetapi juga penegas
arsitektur secara detail.
Semakin dekat masuknya waktu sholat Jum’at, semakin banyak
yang sudah memenuhi bentangan tikar dalam masjid.
Setelah berwuduk di bahagian
depan masjid, di sisi jalan masuk, dengan bangunan terpisah dari bangunan
utama, aku kembali menuju ruang utama masjid. Antara tempat wuduk dengan teras
masjid ada sejarak lebih kurang 20 meter.
Masjid Selat ini terletak pada sebuah pulau buatan. Terdapat
sebuah jembatan yang menghubungkan dengan daratan dari Melaka Raya. Terletak di
dalam wilayah negeri Melaka, Malaysia.
Selain bangunan masjid, terdapat juga
bangunan lain yakni pertokoan. Tetapi tampaknya aktifitas masih belum
sepenuhnya dibuka. Bangunan pertokoan masih banyak dalam keadaan tutup.
Sementara di sana-sini masih terlihat kegiatan pembangunan. Jadi kawasan ini
sampai saat ini masih belum sepenuhnya selesai kecuali bangunan Masjid Selat.
Selama berada di Melaka, aku sampai tiga kali dalam waktu
yang berbeda, berkesempatan bersholat di Masjid Selat Melaka ini, walau pun
tempat menginapku terbilang jauh.
Kedatanganku mengunjungi Masjid Selat ini
bersama dengan Pak Haji Sutan Chairulsyah
bin AbdulWasli, suami Lily Siti
Multatuliana, orang Pariaman, Indonesia, yang sudah menetap 11 tahun di
Melaka.
Dari 3 kali ke Masjid Selat, hampir selalu ramai yang datang
untuk bersholat di sini. Tidak hanya mereka yang orang Melaka tapi ramai dengan
para pendatang ke Melaka. Masjid Selat merupakan salah satu destinasi dari
objek pelancongan yang ada di Negeri Melaka. Masjid ini tidak hanya sebagai
sarana ibadah tapi juga menjadi objek kunjungan pelancong.
Pada waktu siang, saat berada di Masjid Selat, ramai
rombongan pelancong asing datang berkunjung meskipun non Muslim. Mereka adalah
pelancong antar bangsa.
Tingginya minat mereka mendatangi tempat ini, terlihat
di sana-sini mereka melakukan pemotretan dari berbagai posisi di halaman masjid
yang terbentang kiri kanan, sejajar dengan tepian Selat Melaka.
Begitu juga mendatangi masjid ini untuk bersholat Maghrib,
suasana seperti suasana bulan puasa di daerahku.
Masjidnya ramai dengan
lampu-lampu penerang di sana sini. Keramaian juga tidak berkurang. Sangat ramai
yang ingin melaksanakan ibadah di masjid ini.
Pada awalnya ingin menikmati matahari terbenam di lokasi
ini. Rupanya cuacanya tidak artistic. Mungkin pengaruh langit tidak bersih.
Walau
pun waktu sudah berganti siang ke waktu malam, udara masih terasa panas. Seakan
tak ada angin bertiup dari Selat Melaka.
Dari tiga kali berada di Masjid Selat, hampir-hampir tak
terdengar suara ombak atau desauan riak air, meskipun ada gelombang-gelombang
kecil silih berganti mendatangi tepian daratan.
Aku tidak tahu bagaimana
suasana pada musim yang lain, selain saat tiga kali aku pernah mendatangi
tempat ini (*)
abrar khairul ikhirma
melaka 16 – 17 – 18 september 2016
abrarkhairul2014@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar