Tabuik, merupakan tradisi Orang
Piaman, masyarakat pesisiran di pantai barat Pulau Sumatera. Acara Tabuik
diselenggarakan mengambil momentum bulan Muharam setiap tahun. Perayaan seni
tradisi, kegembiraan dan silaturahmi. Dari berbagai tempat orang berdatangan ke
Kota Pariaman pada hari puncak Tabuik. Pada momentum itu pulalah Pariaman
ramai. Sesudah acara Tabuik usai, daerah ini kembali dengan aktifitas dan
suasananya. Tenang. Yang senantiasa digambarkan dengan “lengang.”
Menurut tradisinya tepat pada 10 Muharam Tabuik dipertontonkan
dengan atraksi dihoyak dengan iringan music tradisi gandang tasa, Kemudian
diakhiri pada saat siang bersambut malam, Tabuik dibuang ke laut Samudera
Hindia.
Pada decade terakhir, Tabuik menyusut menjadi pesta atau
alek dua nagari saja. Kenagarian Pasa dan Kenagarian V Koto Aia Pampan. Kini
dua nagari ini masuk dalam perubahan wilayah administrative menjadi
kelurahan-kelurahan di Pariaman Tengah, Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.
Menjelang hari puncak penyelenggaraan acara, dilaksanakan
pembuatan Tabuik di kedua nagari. Tempat pembuatan Tabuik ini disebut juga
dengan Pondok Tabuik yang berdampingan dengan Daraga Tabuik, pada awalnya kedua
lokasi ini bertempat di sekitar Rumah Tabuik yang menjadi rumah Pewaris Tabuik
di kedua nagari masing-masing.
Selama pembuatan Tabuik di Pondok Tabuik, semacam yang
terjadi pada setiap pembuatan Tabuik Pasa, dari tahun ke tahun, ada saja yang
tanpa diminta ikut berpartisipasi membantu pekerjaan “si tukang tabuik” (pekerja
yang ditunjuk membuat Tabuik). Mereka yang berdatangan silih berganti ---baik
siang, maupun malam--- adalah masyarakat sekitar atau masyarakat luar dari
kedua nagari. Selain sekadar melihat proses pengerjaan, diantaranya ada yang
ikut membantu dengan sukarela. Itu merupakan kebanggaan tersendiri bagi yang
bersukarela.
Keterlibatan masyarakat pengunjung turut serta membantu
pekerja pembuat Tabuik, sudah tidak asing selama pembuatan Tabuik Pasa dari
tahun ke tahun. Ini menunjukkan peranan keikutsertaan dari semangat
gotong-royong yang spontanitas.
Dengan terjadinya regenerasi pembuat Tabuik Pasa, dalam
beberapa tahun ini dipercayakan pembuatannya kepada Azwar dan kawan-kawan
Fandos Grupnya, Azwar tidak pernah membatasi keterlibatan masyarakat dan
pengunjung yang ingin “ikut berkerja” sebagai bentuk partisipasi spontan itu.
Bahkan dari awal sampai akhir, masyarakat dan pengunjung tak pernah dibatasi
kebebasannya di lokasi pembuatan Tabuik.
Azwar dan kawan-kawan pekerjanya, tidak pernah merasa
terganggu dan takut rusak dengan Tabuik yang dikerjakannya. “Bagaimana kami
akan melarangnya, kami hanya pembuat, sedang pemiliknya adalah masyarakat.
Tidak mungkin masyarakat dan pengunjung datang ke sini untuk merusak milik
mereka sendiri. Mereka datang untuk melihat dan timbul keinginannya untuk
menyentuhnya bahkan, ada turut membantu membuat hiasan dan memasangkannya,”
ujar Azwar Sang Pembuat Tabuik Pasa.
Semacam yang terjadi pada pembuatan Tabuik Pasa tahun 2016,
ada seorang “asing” yang sengaja datang mengikuti prosesi. Seorang wanita.
Konon untuk penelitiannya. Wanita ini mengikuti dari awal prosesi sampai
prosesi berakhir. Hampir selama mengikuti prosesi, wanita ini sebahagian besar
menghabiskan waktunya untuk mendatangi pembuatan Tabuik Pasa yang dikerjakan
Azwar dan kawan-kawan. Dia betah memperhatikan kegiatan pekerjaan dan
hasil-hasil kerja dari hari ke hari. Mungkin karena keterbatasan bahasa,
sehingga dialog antar wanita dan para pekerja tidak berlangsung mulus. Lebih
kepada bahasa isyarat.
Pada hari terakhir pengerjaan Tabuik, dimana berlangsung
pekerjaan finishing, wanita asing ini dari pagi sudah terlihat di pondok
pembuatan Tabuik Pasa di Karan Aua. Ia dengan tekun memperhatikan semua
aktifitas dan terlihat sangat menikmati suasana kebersamaan. Sampai akhirnya,
sang wanita dari Iran ini tak dapat menahan keinginannya. Selama ini hanya
berulangkali melihat dan menyentuh, akhirnya ia memberanikan diri turut serta
memasangkan hiasan.
Ekspresinya luarbiasa memancarkan kebahagiaan. Jauh-jauh
datang dari negerinya, ia diizinkan untuk turut serta ikut bekerja dalam proses
Tabuik Pasa. Wanita itu puas “maresek” ---menyentuh/memegang/memasang--- hiasan Tabuik (*)
abrar khairul ikhirma
abrarkhairul@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar