Nama Padang Gantiang, salah satu
kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Nama
Padang Gantiang erat dengan nama Tuan Kadhi, sesuai yang tertulis di dalam
Tambo Alam Minangkabau. Merupakan daerah kedudukan salah seorang Basa Ampek
Balai (Menteri Besar) Kerajaan Pagaruyuang. Mengurus urusan soal-soal
keagamaan.
Pada satu kesempatan, saat bermalam di Padang Gantiang,
petang harinya aku menyempatkan diri berkunjung ke Makam Tuan Kadhi. Letaknya
sangat dekat dari rumah tempatku bermalam. Makam yang tak berapa jauh dari
aliran sungai Batang Selo, dengan arus airnya yang deras.
Pada saat berkunjung di Makam Tuan Kadhi, aku mengetahui
juga, bahwa di Jorong Gadang Hilir Padang Gantiang ini, selain Tuan Kadhi, juga
terdapat “makam” Syeikh Ibrahim Padang Gantiang. Keduanya dikenal merupakan
tokoh pengembang agama Islam. Tetapi tak banyak yang mengetahui perihal Syeikh
Ibrahim. Masyarakat setempat pada umumnya lebih mengenal nama Tuan Kadhi.
Raja Alam Minangkabau disebutkan dibantu oleh para pembesar
yang disebut “Basa Ampek Balai,” yang artinya “empat menteri utama.” Mereka
ialah, Bandaro yang berkedudukan di
Sungai Tarab. Makhudum yang
berkedudukan di Sumanik. Indomo di
Saruaso. Tuan Gadang yang
berkedudukan di Batipuah. Belakangan, pengaruh Islam menempatkan Tuan Kadhi yang berkedudukan di Padang
Gantiang masuk menjadi salah seorang dari Basa Ampek Balai. Menggeser kedudukan
Tuan Gadang di Batipuah dan bertugas menjaga syariah agama.
Berada petang hari dalam kunjungan ke Makam Tuan Kadhi ini,
hujan yang baru saja reda meninggalkan gerimis, terdengar desir air dari sungai
Batang Selo nun di bahagian belakang makam yang rimbun tetumbuhan. Makam ini
tampaknya tidak begitu terawat dengan baik. Memang dalam arealnya tidak
bersemak belukar tapi daun-daun pohon yang tumbuh berserakan di tanah di sana
sini, terasa pandangan mata kurang nyaman.
Makam Tuan Kadhi diberi atap gonjong. Dalam makam bersih,
batu nisan dan diberi batu kerikil. Diberi pagar pengaman. Sekitar makam Tuan
Kadhi, juga terdapat sejumlah makam yang hanya ditandai dengan susunan
batu-batu sungai. Tidak begitu terawat dan tak ada cukup informasi siapa-siapa
saja yang dimakamkan dalam areal itu selain Tuan Kadhi.
Dalam saat penulisan tulisan ini, aku mencoba melakukan
pencarian informasi perihal Tuan Kadhi dan makamnya di Padang Gantiang di
aplikasi google, ternyata tidak ditemukan. Pun belum ada gambar dan informasi
kunjungan yang diposting di web dan blog. Mudah-mudahan, postingan yang kutulis
ini dapat menjadi sebagai langkah awal bagi mereka yang membutuhkan sebagai
rintisan.
Hal ini juga terjadi saat menelusuri informasi tentang Syeikh
Ibrahim Padang Gantiang dan makamnya yang terdapat di aliran sungai Batang
Selo, tidak beberapa jauh dari Makam Tuan Kadhi di Jorong Gadang Hilir Padang
Gantiang.
Menurut keterangan dari kedudukan Basa Ampek Balai, sebagai
aparat pemerintahan, masing-masing Basa ampek Balai punya daerah-daerah
tertentu yang menjadi (kekuasaan), dimana mereka berhak menagih/mengambil upeti
(pajak) sekadarnya. Dikenal juga sebagai daerah rantau masing-masing pembesar.
Antara lain rantau pembesar Basa Ampek Balai yaitu; Bandaro
memiliki rantau di Banda Sapuluah, rantau Tuan Kadhi adalah di VII Koto dekat
Sijunjung. Rantau Indomo di bahagian
utara Padang. Sedangkan Makhudum punya rantau di Semenanjung Melayu, di daerah
permukiman orang Minangkabau di sana (*)
abrar khairul ikhirma
abrarkhairul2014@gmail.com
kunjungan di oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar