TATKALA
mengetahui dari media masa bahwa nama penyair dan seniman teater almarhum Idrus
Tintin, dipatrikan untuk sebuah gedung pertunjukan kesenian, bukan main
bahagianya aku. Baik sebagai seorang dari masyarakat kesenian, maupun sebagai
orang yang pernah kenal dengan almarhum. Beliau memang pantas mendapat
kehormatan itu. Karena beliau semasa hidup sangat gigih memperjuangkan
kehidupan kesenian di Riau, terutama untuk Kota Pekanbaru. Selain beliau juga
aktif menulis puisi-puisi dan membacakannya di berbagai forum yang dihadirinya.
Anjung Seni Idrus Tintin Pekanbaru, Riau, Maret 2014 |
Aku mengenal
lebih jauh akan gedung yang diberi nama “Anjung Seni Idrus Tintin” tersebut
hanya melalui internet. Semenjak diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia,
Soesilo Bambang Yudhoyono pada 11 Agustus 2007 silam. Banyak foto-foto dengan
pengambilan cukup bagus, menggambarkan kegagahan keberadaan gedung pertunjukan
kesenian ini yang dimiliki Provinsi Riau. Kita patut mengakui, sejak lama di
Kota Pekanbaru sudah banyak didirikan bangunan-bangunan dengan sentuhan
arsitektur yang menarik. Terutama bangunan milik pemerintah daerah.
Pekan di
akhir bulan Maret 2014, barulah aku menjejak Provinsi Riau, setelah bertahun
tak pernah lagi mampir ke Pekanbaru. Semasa mendiang Idrus Tintin masih hidup,
setiap berkunjung ke Pekanbaru senantiasa berusaha untuk bertemu dengannya.
Biasanya, selalu bertemunya di bagian belakang Gedung Dang Merdu, gedung yang
kini sudah tidak ada lagi, berada di samping Kantor Gubernur Riau.
Almarhum
mengenalku sebagai salah seorang penulis dari Sumatera Barat dan merupakan anak
mendiang sastrawan alm. Chairul Harun, yang menjadi sahabatnya. Aku pun pernah
menulis tentang Idrus Tintin beberapakali di media local terbitan Padang.
Itulah
sebabnya aku merasa memiliki kebahagiaan tersendiri dengan namanya dipakaikan
pada gedung pertunjukan kesenian. Nama seorang yang telah banyak melahirkan
karya-karya, telah banyak mendorong kehidupan kesenian di Riau, bahkan telah
banyak memiliki anak-anak asuhannya dalam berkesenian.
Pada
kehadiranku di Pekanbaru, juga sekaitan untuk bertemu teman lama, teman yang
pernah sama-sama dulunya hidup berkesenian di Taman Budaya Sumbar. Zuraf Adi
Satya. Ia kini bermukim di Kota Pekanbaru bersama keluarganya. Kami sudah lama
tidak bertemu. Sudah belasan tahun. Kami baru tahun terakhir ini berkontak
melalui fesbuk.
Lihatlah nama di belakang itu, huruf-hurufnya sudah tidak pada tempatnya... |
Kebetulan
saat itu di Anjung Seni Idrus Tintin sudah beberapa hari berlangsung
pertunjukan teater. Kami pun sudah lama juga tak menonton teater. Saat petang
hari kami mendatangi Anjung Seni Idrus Tintin, sungguh aku terkesima. Sebuah
bangunan yang dibangun dengan anggun, berdiri di bekas lahan arena MTQ
(Musabaqah Tilawatil Qur’an). Suatu yang pantas sebagai penghargaan bagi
almarhum dan bagi kehidupan berkesenian di Provinsi Riau.
Ketika malam tengah berlangsung di depan Anjung Seni Idrus Tintin |
Yang
menyedihkan dan mendatangkan rasa prihatin, gedung yang demikian anggun dan
bersahaja itu, harus dirusak oleh lingkungan yang kotor. Begitu juga perawatan
gedung sendiri ternyata juga sama saja perlakuannya pada banyak gedung-gedung
yang kita miliki dewasa ini. Kita hanya dapat membangun tapi sedikit yang
memiliki itensitas untuk menjaga dan merawatnya dengan baik.
Kita teringat akan dia Idrus Tintin. Alangkah sedihnya
almarhum Idrus Tintin, alangkah sedihnya dunia kesenian kita… [abrar khairul
ikhirma, akhir maret 2014]
Bersama temanku Zuraf Adi Setya, kala petang hari |
Thx uda
BalasHapusWilly, bagaimanapun dengan adanya gedung ini, adalah suatu kebanggaan, sekaligus untuk kehormatan bagi dunia kesenian dan kebudayaan.
Hapussemoga penjaga kesenian dan budaya di Riau tetap menjaganya...
sempat hadir diacaranya, pernah juga mentas didalam gedung yang megah itu, semoga kesenian diriau semarak, dan gedung yang bermilyaran itu terselamatkan
BalasHapusbenar. sungguh beruntung saudara...
Hapus