WAKTU dinihari ini, kebetulan aku mengetikkan namaku di google. Tak disangka, aku menemukan berita bahwa salah satu puisiku dinyanyikan Jodhi Yudono, diantara puisi-puisi penyair nasional dari Ranah Minang. Sungguh tak pernah membayangkan. Rasanya aku tidaklah apa-apa. Terimakasih Mas Jodhi, walau aku sama sekali belum mengenalnya dan ini suatu penghargaan bagi karyaku di pelataran nasional.... terimakasih.
Inilah kutipan salah satu beritanya di internet oleh:
Astrid Septriana - detikhot
Senin, 07/04/2014 14:11 WIB
:Ketika Sajak Penyair Minang Dijadikan Tembang
JAKARTA -- Bagi musisi dan penulis Jodhi Yudono, tanah Minang adalah tanah puisi. Ini adalah salah satu sebab ia bersama musisi lainnya menyuguhkan sebuah pementasan berjudul 'Dendang Sajak Penyair Minang' pada Sabtu (05/4/2014) di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia.
Selain Jodhi yang dalam kelompok musik itu berperan sebagai pemetik gitar juga pelantun puisi, ada beberapa musisi lain yang terlibat. Seperti, Pramesvara Devi pada piano, Kaunang Bungsu pada perkusi, Jassin Burhan pada cello, Yustin Arlette dan Dedi Jumwadi pada biola, juga Bujel Dipuro pada flute.
Harmoni nada pada pementasan ini mencakup berbagai jenis aliran musik, seperti jazz, reggae hingga yang berwarna nge-pop dan up-beat. Puisi yang enak didengar untuk meliuk bersama, nadanya juga beragam.
Kesamaannya adalah semua penyair puisi itu datang dari tanah Minang. Jodhi dan teman-teman menggubah beberapa aransemen untuk mendukung puisi ciptaan para penyair besar seperti Leon Agusta, Rivai Apin, Taufik Ismail, Rusli Marzuki Saria, Gus tf Sakai, Upita Agustin, Abrar Khairul Ikhirma dan lainnya.
"Untuk menghormati para penyair dari Ranah Minang serta mengenalkannya kepada masyarakat modern, saya ramu syair-syair mereka menjadi sebuah lagu yang mudah-mudahan bisa lebih diterima di telinga masyarakat umum,” ujar Jodhi Yudono.
Dengan durasi sekitar 60 menit, Jodhi membawakan 10 nomor yang merupakan hasil gubahan dari syair-syair Minang. Puisi yang dibawakan, banyak bicara soal pandangan akan lingkup sosial, budaya dan tentu saja kemanusiaan.
Ia membuka pementasannya ini dengan puisi Kisah Burung-Burung Beo, sebuah syair karya Leon Agusta dan diakhiri dengan puisi berjudul Membaca Tanda-Tanda karya Taufiq Ismail.
(ass/utw)
http://hot.detik.com/read/2014/04/07/141108/2547775/1059/ketika-sajak-penyair-minang-dijadikan-tembang
http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2014/04/08/258047
http://m.bisnis.com/showbiz/read/20140405/225/217244/jodhi-yudoyono-dendangkan-puisi-minang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar