Nama Sentot Alibasyah tak dapat
dilepaskan dari nama tokoh besar Pangeran Diponegoro dan Tuanku Imam Bonjol.
Dua nama yang mengukir sejarah perjalanan perjuangan Republik Indonesia.
Dalam kesempatan berkunjung ke Kota Bengkulu, aku
menyempatkan diri berkunjung ke lokasi makam Sentot Alibasyah. Dibandingkan
dengan kunjunganku waktu beberapa tahun silam, dengan kunjunganku untuk kedua
kalinya, ternyata kawasan pemakaman ini sudah jauh dirawat dengan baik.
Di depan makam, yang dipisahkan sebuah jalan pemukiman,
terdapat bangunan sekolah. Antara makam dan sekolah saling berhadapan. Setidaknya
regenerasi yang pernah bersekolah di sekolah itu, dari tahun ke tahun akan
terpatri nama Sentot Alibasyah. Satu nama dari nama-nama pejuang pengusir
penjajah di tanah air.
Sentot Alibasyah adalah seorang panglima perang pendukung
Pangeran Diponegoro, pada perang Diponegoro (1825-1830). Setelah kekalahan
Pangeran Diponegoro, Sentot dan para pengikutnya dimanfaatkan oleh Belanda untuk
memerangi kaum Paderi yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat
(Minangkabau).
Karena dianggap bersimpati terhadap perjuangan kaum Paderi,
akhirnya Sentot Alibasyah dibuang hingga akhir hayatnya di Bengkulu.
Makam Sentot Alibasyah berlokasi di Desa Bajak, Kecamatan
Teluk Segara. Pada masa kolonial Belanda letak makam ini berada agak di luar
kota. Saat ini karena adanya perluasan kota, makam ini berada di dalam kota
Bengkulu.
Pada makam Sentot tertulis tanggal pemakaman 17 April 1885.
Berjarak sekitar 1,2 km dari Benteng Marlborough. Bangunan cungkup makam Sentot
Alibasyah bergaya bangunan “tabot” dan memiliki keistimewaan, yaitu di dalam
cungkup tidak memperlihatkan adanya nisan kubur, sebagaimana biasanya kubur
muslim di Indonesia (*)
catatan perjalanan nan ringan dan berisi. cerita sejarah negeri
BalasHapusGanti parintang hari. Mokasi sudah membacanya. Salam da Yanuar Abdullah
Hapus