Begitulah, kalau dalam perjalanan ke
negeri orang, ada saja yang berbau negeri “awak” langsung saja menarik
perhatian. Aku kira bukan hanya aku saja. Rasa cinta dan rindu sekaligus bangga
itu, adalah milik semua etnik, bangsa dan manusia, akan tanah airnya.
Selama berkunjung ke Negeri Utara Malaysia yakni Kedah dan
Perlis, aku mendapat tumpangan di bilik Andhyka
Nugraha, asal Palembang, yang sedang menyelesaikan pendidikannya, mengambil
program doctor. Dapat pula berkenalan dengan seorang urang awak, asal Bukittinggi, yang juga menyelesaikan programnya.
Berteman baik dengan Andhyka.
Pada satu kesempatan, aku dibawa Andhyka berkeliling
kampusnya. Berkeliling dengan berjalan kaki diantara kerimbunan pohon-pohon
pelindung. Terasa sekali begitu luasnya areal University Utara Malaysia (UUM), salah satu perguruan tinggi
Malaysia yang terletak di Sintok,Negeri Kedah Darul Aman.
Aku memang lebih menyukai berkeliling dengan berjalan kaki,
walau pun Andhyka mengajakku beberapakali untuk naik bus kampus yang
berkeliling mengitari kawasan universitas, menghubungkan dari fakultas ke
fakultas dan sarana-sarana pendukung kampus lainnya. Dimana satu sama lain
bangunan itu terpisah-pisah tapi tetap menjadi satu rangkaian saling terhubung.
Mulai dari Mall mini dengan aneka macam kedai kebutuhan
mahasiswa, bank dan cafe, serta laundry, sampai kami menelusuri perpustakaan,
taman-taman terbuka, stadion olahraga, kolam renang, tempat berkuda, gokart,
penyewaan sepeda terus melihat pemeliharaan rusa yang berasal dari Indonesia.
Menyempatkan diri mendatangi UUM Press dan Kedai Buku.
Sayang tersebab hari libur dalam keadaan tutup. Akhirnya meneruskan
berkeliling, sempat juga terjumpa bangunan bertuliskan Pusat Kajian Pemikiran Dr. Mahathir Mohamad. Memandang sejenak
diantara sinar matahari yang terik.
Tak jauh dari Mall Mini Kampus itu terdapat
bangunan-bangunan asrama mahasiswa, sekaligus di atas kontur tanah yang
berbukit itu berdiri bangunan masjid kampus. Besar dan luas halamannya. Di persimpangan
jalan menuju masjid tersebut, aku melihat papan kecil sederhana, di salah satu
sisi jalan, “Kafe Pusat Islam Restoran Minang.”
Menurut Andhyka kafe itu terletak di bangunan tak jauh dari
papan nama itu. Andhyka menunjuk ke arah agak ketinggian dari kami berdiri. Pada
bangunan besar bahagian belakang areal parkiran. Kedua bangunan dipisahkan
areal parkir tersebut.
Aku sudah terbawa rasa senang saja melihat itu. Sampai
meninggalkan Sintok, Kedah, dimana universitas ini berada, aku tak sempat untuk
berkunjung ke Restoran Minang itu. Tapi menyempatkan diri untuk sekadar berfoto
di depan papan namanya saja, sebagai penanda bahwa aku pernah ke sini (*)
abrar khairul ikhirma
Sintok – kedah – Malaysia
September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar