Senin, 06 Maret 2017

“KEGAGALAN” HIDUP, PANGGILAN IBADAH UMROH



Menyakitkan tidak harus meratap meskipun airmata jatuh ke dalam. Jatuh bangun dengan berbagai kegagalan, tak dapat dihitung, waktu tak mungkin diraih, masa telah berlalu dan usia semakin berkurang, terbuang sia-sia. Namun demikian bagiku hidup masih dapat kusyukuri dengan jalan keyakinan dan terus memupuk kesabaran lahir batin walau banyak hal tak dapat diraih. Alhamdulillah…




Pada masa kecilku yang seringkali sakit-sakitan, hampir tak memiliki masa kanak-kanak yang indah, aku pernah memiliki suatu impian dalam hatiku, suatu hari kelak, ingin memiliki sebuah Panti Asuhan di sebuah areal tanah yang luas. Dimana dapat menampung anak-anak yatim piatu dan anak-anak terlantar. 

Aku ingin di Panti Asuhanku itu menjadi tempat mendidik hidup mandiri, yang tidak hanya berkutat semata-mata belajar agama, disediakan makan minum dan pakaian dan kebutuhan lain. Tetapi mereka diajar untuk dibiasakan mengusahakan perkebunan, pertanian dan keterampilan yang bernilai jual dengan apa yang dihasilkannya, untuk dapat meraih ilmu pengetahuan dan teknologi. Menopang kehidupannya agar tidak meminta-minta, tidak mesti menjadi kaya tapi tidak terjerembab dalam “kemiskinan,” sebagaimana seringkali aku baca melalui kisah-kisah di bacaan anak-anak seusiaku saat itu.

Impian masa kecil itu hanya terkubur di masa kanak-kanakku. Karena memang hanya impian dari harapan yang sama sekali tidak dapat terwujudkan sampai hari ini. Seiring dengan sejumlah kegagalan-kegagalan kehidupanku. Aku tidak merasa kecewa dan bersalah atas apa yang pernah tumbuh dalam hayalan masa kecil. Aku justru merasa berbahagia, pernah juga sama dengan orang lain, memiliki mimpi yang tak dapat diraih. 

Ketika menjalani usia 20-an, dalam masa-masa “pencarian” identitas diri yang lebih sesuai dan memungkinkan, aku pernah pula berkeinginan pada usia menginjak 30-an nanti, ingin menetapkan sumber-sumber kehidupan sebagai seseorang yang normative dan ingin melaksanakan ibadah sunatullah untuk membangun kehidupan berumahtangga, dengan jalan baik-baik dan cara baik-baik, sesuai dengan keyakinan dalam diriku.

Alhamdulillah, sampai berakhir usia 30-an tiada menemukan titik terang. Dengan ikhlas  aku menerima semua berbagai cobaan yang dialami dalam hidup, dengan tetap berkeyakinan bahwa “sepanjang masih ada air yang bersih, aku tak akan meminum air yang kotor.” Apapun alasan untuk mematahkan prinsip itu tak menggoyahkanku. Membangun untuk tujuan baik, tak akan mungkin dapat dilakukan dengan cara yang tidak baik. Karenanya, aku tak akan menempuh jalan “kesesatan.”

Pada pertengahan usia 30-an diantara cobaan memperteguh keyakinan diri, ketika aku saat itu bagaikan menemukan oasis di gurun pasir dalam hidupku. Dikala hidupku seperti di tahun-tahun yang “gersang,” diam-diam dalam hatiku, terbersit begitu saja disuatu hari nanti bila aku ada jalan dalam masa rentang usia 40-an, aku berniat untuk dapat melaksanakan ibadah Haji ke Baitullah. Insyaallah bila panggilan Nabi Ibrahim itu datang dan memudahkan jalanku. Amin.

Masa usia 40-an pun berlalu begitu saja. Aku tak berkecil hati karena jalan untuk “panggilan ke Baitullah” tiada juga kutemukan. Aku tetap menyimpannya sebagai harapanku saja. Aku tetap menempatkan sebagai suatu prasangka baik, Allah memang belum memberikan jalan untukku tapi tentu ada jalan lain, jalan baik untukku yang akan dibukakanNya, agar aku menempuhnya dengan rasa syukur dan keyakinan tidak akan melakukan hal tidak baik pada hidupku dan hidup orang lain. Insyaallah…

Tersebab adanya kuota ibadah Haji dan daftar tunggu beberapa tahun terakhir, dan dengan menyadari situasi diriku sendiri, biarlah kusimpan saja sebagai rahasia hatiku, yang insyaallah hanya Allah yang mengetahuinya.
Tetapi kuota Haji dan daftar tunggu, rupanya menumbuhkan banyak orang melaksanakan ibadah Umroh. Hampir tiap hari kudengar ada yang berkesempatan untuk mendatangi Baitullah. 

Alhamdulillah…, sungguh beruntung mereka-mereka itu mendapat kesempatan diberi jalan oleh Allah. Kataku dalam hati, bila aku diberi rezeki dan jalan yang baik pula, aku ingin juga suatu hari kelak dapat menjalani Umroh. Dapat beribadah di Masjid Nabawi, Medinah dan bertawaf  di Ka’bah – bersa’I Safa Marwa dan beribadah di Masjidil Haram, Mekah.


Aku, Sulastri, Irvan Khairul Ananda, Melly dan Ibunda Noerni Chairani


Semua itu sebagaimana yang lain-lainnya juga, hanya aku simpan jauh-jauh di lubuk hatiku, sebagai rahasia “niat hatiku,” tak pernah kuceritakan pada orang lain. Aku tak ingin dibebani oleh banyak hal dan tak ingin membebani orang lain dengan bebanku. Aku tidak meminta. Jika memang hakku, aku terima dengan rasa syukur dan ikhlas. Tidak hakku, aku sama sekali tak pernah berkecil hati. Tetap merasa syukur dan ikhlas.

Kalau pun tidak terwujud, aku tak akan menyesalinya walaupun sebuah kegagalan. Setidaknya bagiku, biarlah semua yang pernah terbersit itu hanya sebagai “hiasan” sepanjang hidupku saja, kala merasa sendiri setiap aku tersintak bangun menjelang waktu Subuh.

Kesabaran dengan tawaqal dan rasa ikhlas yang selalu aku pupuk dalam hari-hariku, walau banyak yang mengatakanku adalah orang kalah, dengan segala kekuranganku selama ini yang teramat kusadari, sama sekali tak pernah terbayangkan titik nyatanya, rupanya di tahun 2017 ini ada jalan bagiku untuk menuju Baitullah. Tidak menunaikan Haji tapi untuk melaksanakan ibadah Umroh. Menurutku kedua-duanya adalah baik. Sama-sama jalan ibadah. Rasanya semuanya berlangsung teramat cepat.

Sungguh menggembirakan, aku dapat melaksanakan Umroh bersama-sama dengan ibundaku H. Noerni Chairani, kakak sulungku Irvan Khairul Ananda dan isterinya Sulastri, serta  Melly isteri adikku Yos Khairul, dengan travel agent siartour

Kami berangkat pada Minggu 19 Februari 2017 dari Bandara Internasional Minangkabau, Sumatera Barat menuju Bandara Internasional Kuala Namu, Sumatera Utara. Esoknya Senin 20 Februari 2017 saat cuaca cerah siangnya, dari Bandara Internasional Kuala Namu, kami terbang dengan Saudi Arabia Airlines menuju Medinah. Seakan menembus awan di langit tinggi, mencari jejak cahaya matahari yang akan terbenam.

Alhamdulillah ya Allah. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar