Walaupun memotret adalah hobiku tapi
tidak sepenuhnya kulakukan mendokumentasikan berbagai objek yang kutemui. Aku
lebih focus untuk beribadah selama di Tanah Suci. Karenanya, ada sejumlah
foto-foto yang kuhasilkan selama melaksanakan ibadah Umroh, serasa bagaikan
kurma. Terasa manis, enak dan mengandung energy.
BERKUNJUNG ke Jabal Uhud. Aku melihat bayangan itu di salah
satu kaca bus yang berjejer di salah satu sisi jalan. Siang dengan panasnya
yang terik. Teringat Rasulullah berperang, pasukan pemanah dan orang-orang
munafik. Petunjuk dan kekalahan itu.
BERJALAN menyusuri salah satu sisi Masjid Nabawi. Keteduhan
itu menentramkan hati. Pandangan yang lapang menjadikan alam terbuka untuk
manusia menghayati kehidupannya. Walaupun berbeda langkah, langkah itu seperti
beriringan mengikuti denyut nadi pada sebatang tubuh.
KEDAMAIAN itu ialah menikmati dengan penghayatan. Di salah
satu sisi Masjid Nabawi, tiap mukmin melangkahlah dengan hatinya. Bukankah
semuanya diciptakan Allah, semuanya meraihnya sebagai suatu yang patut
disyukuri. Hitam atau pun putih.
DIANTARA jalan-jalan itu, seakan semuanya menuju Masjid
Nabawi. Jauh dari kebisingan, hiruk pikuk kendaraan dan gebalau suara. Seakan
dunia merunduk dalam keheningan. Ada yang bergegas untuk mencapai masjid, ada
yang mencoba memastikan detak jantungnya dengan langkah kaki menelusuri jalan
menuju Masjid Nabawi.
HARI ini ada yang mengintai. Ada yang mencoba bersiasat.
Menadah tangan. Wajahnya tertutup cadar. Jalannya sengaja diperlahankan,
bagaikan seorang yang terseok-seok. Ia entah dari mana. Ia sudah ada saja
berada di depan penginapan. Awalnya hanya sendiri. Ketika ada yang memberi,
sekejap bagaikan laron datang menyergap. Sudikah memberi? Maknakan sendiri.
LANGKAH itu pasti. Seakan irama itu selalu pemandangan biasa
meskipun diiringi do’a dan zikir dalam tapak yang melangkah. Aku selalu
menangkap dengan makna dan artistic. Betapa ibadah itu keheningan yang sulit
diterjemahkan pada berbaris kata. Ia akan menjadi ada pabila berada di dalam
jiwa. Irama itu selalu membayang, menggema, tatkala lorong waktu selalu berada
di hadapanku.
[copyright foto dan
teks: abrar khairul ikhirma – Madinah – 2017]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar