TINGGAL KENANGAN: BATUSANGKA BALANTAI BATU, PARAK JUA LABUAH BASILANG: Setiap meliwati Jalan Parak Jua, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, jalan yang menghubungkan Batusangkar ke Bukittinggi dan Payakumbuh via Tabek Patah ini, aku selalu meliwatinya dengan perasaan berdebar. Getaran teramat hebat. Diliputi rasa sedih memandang ke rumah ini. Aku selalu teringat kepada almarhumah, ibu Gusmiati Suid, Sang Koreografer Tari Indonesia, sesudah seniwati Hoerijah Adam, yang selalu menghidupkan semangat Minangkabau di dalam karya-karya tarinya..
Gusmiati Suid, telah melahirkan beberapa karya seni tari
terkenal, diantaranya tari Kabar Burung, Api Dalam Sekam dan tari
Rantak pada tahun 1976. Sepanjang kariernya di dunia tari, Gusmiati
telah menghasilkan sekurangnya 30 karya seni tari pementasan. Gusmiati juga
memimpin sanggar tari Gumarang Sakti. Bersama putranya, Boy G.
Sakti, mereka telah melahirkan banyak karya seni tari bertaraf nasional dan
internasional melalui sanggar tari tersebut.
Karena disinilah bu Yet, begitu panggilan akrabnya
mendirikan pusat kegiatan Sanggar Gumarang Sakti Batusangkar, sekaligus menjadi
tempat tinggalnya, yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Barat, Awar Anas,
tahun 1982 silam. Rumah yang selalu penuh suasana kesenian dan kebudayaan.
Musik dan latihan tari. Diskusi atau pun gelak tawa. Terutama dalam mempersiapkan
keberangkatan ke "Asia Festival of Theatre, Dance and Martial Art" di
Calcutta, India, pada tahun 1987. Event itu, salah satu momen penting kemudian
mempertegas hijrahnya Gusmiati Suid bersama sanggarnya ke Jakarta dan titik
rolak menghadiri sejumlah event-event tari keluarnegeri.
Sepotong masa-masaku berkesenian, pernah tersangkut di rumah
ini. Kini rumah ini hanya menjadi sebuah rumah yang nyaris tak menjadi
perhatian bagi yang lalu lalang di Jalan Parak Jua. Karena bangunan mulai
bersemak dan dibiarkan melapuk. Mulai dikepung bangunan beton dan rumah toko di
kiri kanannya.
Di sini… dulu pernah menjadi tempatku berdiskusi, tidur
sepanjang hari. Menghabiskan hari-hariku dengan segala kegelisahan ingin
mencipta. Menanam bunga di halamannya dan menyapu halaman itu kala sore hari,
dalam waktu lama.
Sejak kepindahan bu Yet ke Jakarta dan memantapkan Sanggar
Gumarang Sakti menjadi Gumarang Sakti Company Dance, praktis rumah ini tinggal.
Namun aku dan Rizanto Algamar tetap bertahan di sini. Pada malam-malam
menjelang tidur, terlontar ideku pada Rizanto Algamar [kini anggota DPRD
Sumbar} untuk membuat radio siaran, salah satu agar rumah ini tetap ditempati
dan terawat. Ide itu pun diwujudkan.. Di sini pernah menjadi studio Radio
Gumarang Sakti. Ternyata usianya juga tak berumur panjang.
Sepeninggal bu Yet hijrah ke Jakarta semua itu menjadi
kenangan. Terlebih ia pun wafat di Jakarta, 28 September 2001, dalam usia 59
tahun. Termasuk juga seperti tak terdengar lagi nama anaknya Boi G Sakti sang
koreografer tari kondang Indonesia di pelataran pertunjukan kita dewasa ini....,
dan rumah ini menyimpan banyak kenangan suka duka mereka, kami dan aku
tentunya. [abrar khairul ikhirma]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar