JIKA ada yang menyebutkan nama Sinangih, otomatis penggemar lagu-lagu Minang diingatkan dengan suara khas penyanyi Minang legendaries Ely Kasim, Tiar Ramon atau penyanyi lagu Kim, Anas Ben. Apa pasal??? Dalam lagu yang dinyanyikan penyanyi itu di salah satu lagunya menyebut nama ikan Sinangih.
Sinangih adalah salah satu jenis ikan yang hidup di perairan Pariaman dan merupakan salah satu sasaran tangkap para nelayan di pesisiran pantai barat pulau Sumatera ini.
Nama ikan ini memang popular sehingga namanya diambil sebagai simbolik di dalam lagu Pop Minang atau di dalam lagu-lagu pertunjukan kesenian tradisionil Pariaman : indang, rabab ataupun saluang-dendang, sebagai sampiran untuk menyampaikan isi yang akan dituju.
Jika menyebut nama Sinangih, otomatis orang yang menyebut atau pun mendengar akan memberikan “embel-embel” di belakang nama ikan itu dengan “lauak rang Tiku.”
Padahal Sinangih bukan hanya terdapat di perairan Tiku dan bukan pula Sinangih milik orang Tiku.
Sinangih lauak Rang Tiku
Diatua jo tali pandan
Manangih tagak di pintu
Malapeh urang pai bajalan
[Sinangih ikannya orang Tiku
Dijerat dengan tali pandan
Menangis berdiri di pintu
Melepas orang yang berangkat pergi]
Begitulah. Sinangih telah menjadi popular di tengah masyarakat Minang, terutama bagi mereka yang tinggal di pesisiran karena hanya sepotong lagu. Lirik lagu yang berupa pantun itu, mengambil sampiran lauak Sinangih untuk menjelaskan dan menggambarkan betapa mengharukannya sekaligus menyedihkan saat-saat melepas kepergian seseorang. [abrar khairul ikhirma # 13-11-2011]
Sinangih adalah salah satu jenis ikan yang hidup di perairan Pariaman dan merupakan salah satu sasaran tangkap para nelayan di pesisiran pantai barat pulau Sumatera ini.
Nama ikan ini memang popular sehingga namanya diambil sebagai simbolik di dalam lagu Pop Minang atau di dalam lagu-lagu pertunjukan kesenian tradisionil Pariaman : indang, rabab ataupun saluang-dendang, sebagai sampiran untuk menyampaikan isi yang akan dituju.
Jika menyebut nama Sinangih, otomatis orang yang menyebut atau pun mendengar akan memberikan “embel-embel” di belakang nama ikan itu dengan “lauak rang Tiku.”
Padahal Sinangih bukan hanya terdapat di perairan Tiku dan bukan pula Sinangih milik orang Tiku.
Sinangih lauak Rang Tiku
Diatua jo tali pandan
Manangih tagak di pintu
Malapeh urang pai bajalan
[Sinangih ikannya orang Tiku
Dijerat dengan tali pandan
Menangis berdiri di pintu
Melepas orang yang berangkat pergi]
Begitulah. Sinangih telah menjadi popular di tengah masyarakat Minang, terutama bagi mereka yang tinggal di pesisiran karena hanya sepotong lagu. Lirik lagu yang berupa pantun itu, mengambil sampiran lauak Sinangih untuk menjelaskan dan menggambarkan betapa mengharukannya sekaligus menyedihkan saat-saat melepas kepergian seseorang. [abrar khairul ikhirma # 13-11-2011]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar