Masjid Nabawi dalam perjalanan
sejarahnya bertabur kemuliaan. Memiliki arti penting bagi pengembangan agama
Islam. Dari berbagai bangsa dan Negara, umat Islam berdatangan ke Masjid Nabawi
berziarah dan beribadah hampir sepanjang waktu. Suatu rahmat bagi seorang
muslim dalam hidupnya, dapat mengunjungi sekaligus beribadah di Masjid Nabawi.
Termasuk pada diriku sendiri. Dapat mendatangi Masjid Nabawi
diantara sesama muslim di dunia adalah suatu yang membahagiakan, suatu tak
dapat dipungkiri untuk disyukuri. Tidak hanya keluasan area beribadah yang
tersedia tapi sekaligus memberi warna pada dunia arsitektur berbagai bangunan
masjid di banyak Negara di dunia.
Masjid Nabawi merupakan dua masjid bertingkat berbentuk
persegi panjang tidak beraturan. Memiliki ruang sholat yang dinamakan bangunan
Utsmaniyah menghadap ke arah selatan. Atap bangunan dengan posisi rata.
Terdapat 27 kubah yang dapat digeser. Terdapat berbentuk lubang di atas
langit-langit masjid, menjadikan salah satu kubah itu berfungsi mengiluminasi
interior. Kubah bergeser di atas jalur besi, menuju ke bagian pinggir atap,
membuat cahaya tambahan masuk menuju ruang sholat utama. Atap masjid pada saat
memasuki masa puncak kedatangan muslim ke Madinah, digunakan untuk sholat.
Pada masa itu pula, halaman masjid ditambah dengan
payung-payung yang membentuk pilar-pilar tunggal. Atap masjid terhubung dengan
tangga dan escalator. Wilayah halaman sekitar masjid juga digunakan untuk
salat, dilindungi oleh payung-payung besar. Kubah bergeser dan payung yang
dapat terbuka secara otomatis di rancang oleh arsitek Jerman Mahmoud
Bodo Rasch bersama temannya SL Rasch GmbH dan Buro
Happold.
Selama berada di Kota Madinah, setiap memasuki kawasan
Masjid Nabawi, hampir tak pernah mataku terpejam. Ada-ada saja yang menjadi
menarik untuk aku lihat. Baik saat berada diluar maupun berada di dalam masjid.
Tentu saja arsitektur bangunannya yang ada sekarang. Hampir tak ada bersisa
dari perhatian pada detil-detil seni arsitekturnya.
Selalu aku terbawa dalam lamunan-lamunan ke masa lalu.
Membayangkan situasi dan suasana masjid ini di masa-masa awal zaman kenabian,
diteruskan zaman khalifah sampai akhirnya pada masa sekarang. Selalu saja kekagumanku
kalah menarik dengan betapa rapinya arsitektur ini oleh lamunan masa silam itu.
Apalagi kisah-kisah yang terjadi di masa lalu itu sangat mempengaruhi alam
pikiranku. Termasuk sebagai salahsatu tonggak perkembangan dunia Islam sangat
menentukan.
Rasulullah sendiri
pernah menyatakan tentang masjid yang termasuk masjid dibangunnya ini,"Barangsiapa
melakukan salat di mesjidku sebanyak empat puluh kali tanpa luput satu kali
salat pun juga, maka akan dicatat kebebasannya dari neraka, kebebasan dari
siksa dan terhindarlah ia dari kemunafikan." (Riwayat Ahmad dan
Thabrani dengan sanad yang sah)
Masjid Nabawi ini salah satu tempat yang disebutkan namanya
dalam Alquran. Kemajuan masjid ini tidak lepas dari pengaruh kemajuan
penguasa-penguasa Islam. Pada 1909, tempat ini menjadi tempat pertama di
Jazirah Arab yang diterangi pencahayaan listrik.
Masjid Nabawi berada dibawah perlindungan dan pengawasan Penjaga Dua Tanah Suci. Masjid ini
secara lokasi berada tepat di tengah-tengah kota Madinah, dengan beberapa hotel
dan pasar-pasar yang mengelilinginya. Masjid ini menjadi tujuan utama para
jamaah Haji ataupun Umrah. Beberapa jamaah mengunjungi makam Nabi Muhammad
untuk menelusuri jejak kehidupannya di Madinah.
Setelah wafatnya Rasulullah dan berakhirnya zaman kenabian,
Masjid Nabawi berkali-kali direnovasi dan diperluas. Renovasi yang pertama
dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab
pada tahun 17 H, dan yang kedua oleh Khalifah Utsman bin Affan pada tahun 29 H.
Di zaman modern, Raja
Abdul Aziz dari Kerajaan Saudi Arabia meluaskan masjid ini menjadi 6.024 m²
pada tahun 1372 H. Perluasan ini kemudian dilanjutkan oleh penerusnya, Raja Fahd pada tahun 1414 H, sehingga
luas bangunan masjidnya hampir mencapai 100.000 m², ditambah dengan lantai atas
yang mencapai luas 67.000 m² dan pelataran masjid yang dapat digunakan untuk
salat seluas 135.000 m². Masjid Nabawi kini dapat menampung kira-kira 535.000
jemaah.
Dalam sejarah renovasi masjid yang pernah dibangun oleh
Rasulullah ini, setelah Pertempuran Khaybar, masjid
"diperbesar". Perluasan masjid untuk 47.32 meter (155.2 ft) pada
salah satu sisi dan tiga ruas pilar dibangun disamping tembok bagian barat,
yang menjadi tempat salat. Masjid mengalami perubahan saat pemerintahan
Khulafaur Rasyidin Abu Bakar.
Khalifah kedua Umar
meratakan semua rumah dekat masjid kecuali rumah istri Nabi Muhammad untuk
memperbesar masjid ini. Dimensi ukuran masjid baru saat itu menjadi 57.49 meter
(188.6 ft) × 66.14 meter (217.0 ft). Lumpur digunakan untuk dinding
penutup. Selain ditaburi kerikil di lantainya, tinggi atap ditambah hingga 5.6
meter (18 ft). Umar sedikitnya membangun tiga konstruksi gerbang baru
sebagai pintu masuk. Dia juga menambahkan Al-Butayha bagi masyarakat
untuk membacakan puisi-puisi.
Khalifah ketiga Utsman
merobohkan masjid ini pada 649 M. Sepuluh bulan dihabiskan untuk membuat bentuk
persegi panjang masjid yang menghadap ke Kakbah
di Mekah. Masjid baru tersebut
berukuran 81.40 meter (267.1 ft) × 62.58 meter (205.3 ft). Jumlah
gerbang disamakan pada bangunan sebelumnya. Dinding pembatas terbuat dari
lapisan bata dengan adukan semen. Tiang-tiang batang kurma digantikan oleh
pilar batu yang disatukan dengan kempa besi. Kayu jati juga dimanfaatkan dalam
rekonstruksi langit-langit.
Pada 707, Khalifah Umayyah Al-Walid ibn Abd al-Malik merenovasi masjid. Renovasi ini memakan
waktu tiga tahun untuk menyelesaikannya. Bahan-bahan material berasal dari
Bizantium. Wilayah masjid diperbesar dari 5094 meter persegi pada masa Utsman
bin Affan menjadi 8672 meter persegi. Sebuah tembok dibangun untuk memisahkan
masjid dan rumah istri Nabi Muhammad.
Masjid direnovasi dalam sebuah bentuk trapesium dengan panjang 101.76 meter
(333.9 ft). Untuk pertama kalinya, beranda dibangun di masjid menghubungkan
bagian utara struktur ke struktur terpentingnya. Untuk pertama kalinya pula,minaret
dibangun di Madinah, ia membangun empat minaret.
Minaret-minaret pertama (jumlahnya empat) 26 feet
(7.9 m) dibangun oleh Umar. Pada 1307, sebuah minaret dijuluki Bab
al-Salam ditambahkan oleh Muhammad
bun Kalavun yang direnovasi oleh Mehmed IV. Setelah proyek renovasi 1994,
terdapat sepuluh minaret yang tingginya 104 meter (341 ft). Bagian bawah,
dasar dan dan atas berbentuk silinder, segi delapan yang terlihat menarik.
Pada masa Khalifah Abbasiyah
Al-Mahdi memperluas masjid ke utara sebanyak 50 meter (160 ft).
Namanya juga ditulis pada dinding masjid. Dia juga mengusulkan untuk
menghilangkan enam anak tangga menuju mimbar, tetapi usulan ini ditolak, karena
hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang merugikan. Menurut tulisan Ibnu
Qutaibah, khalifah ketiga Al-Mamun
melakuan pekerjaan yang tidak menentu pada masjid. Al-Mutawakkil memimpin pelapisan makam Nabi dengan marmer. Al-Ashraf Qansuh al-Ghawri membangun
sebuah kubah diatas makam Nabi pada 1476.
Sultan Abdul Majid I
menghabiskan waktu tiga belas tahun untuk membangun kembali masjid, yang di
mulai pada 1849. Batu bata merah digunakan dalam material utama pada
rekonstruksi masjid. Luas lantai diperbesar hingga 1293 meter persegi. Pada
dinding-dindingnya, ayat-ayat Alquran di lukis dalam bentuk kaligrafi Islam.
Pada sisi utara masjid, sebuah madrasah dibangun untuk "bimbingan mengajar
Alquran "
Setelah pendirian Kerajaan
Arab Saudi pada 1932, masjid mengalami modifikasi besar. Pada 1951 Raja Ibn Saud (1932–1953) merencanakan
penghancuran bangunan sekitar masjid untuk membuat sayap baru ke timur dan
barat dari gedung peribadatan utama, dengan tetap kolom beton dengan sentuhan
seni. Kolom tertua diperkokoh beton dan dipasangi cincin tembaga diatasnya.
Minaret Suleymaniyya dan Majidiyya dipindahkan menjadi dua
minaret bergaya Mamluk. Dua menara tambahan ditegakkan ke barat daya dan timur
laut masjid. Sebuah perpustakaan dibangun sepanjang tembok bagian barat yang
menjadi tempat koleksi Al-Qur'an bersejarah dan beragam teks keagamaan lainnya.
Pada 1974, Raja Faisal
menambahkan 40,440 meter persegi untuk luas masjid. Perluasan masjid juga
dilakukan pada masa kekuasaan Raja Fahd
pada 1985. Bulldozer turut gunakan
dalam penghancuran bangunan-bangunan sekitar masjid. Pada 1992, ketika
konstruksi ini selesai, wilayah masjid menjadi 1.7 juta kaki. Eskalator dan 27
halaman juga ditambahkan dalam perluasan masjid.
Saat sekarang Masjid Nabawi dapat menampung lebih dari 1,6
juta jamaah(*)
@Bahan Data: Wikipedia.