SUNGGUH merasa beruntung dapat mengunjungi KLPac –Kuala Lumpur Perfoming Art Centre—saat berada di Kuala Lumpur, Malaysia. Diam-diam merasa berterimakasih pada penyelenggara Anugerah Puisi Dunia Numera dan Baca Puisi Dunia Numera 2014, yang telah menjadikan KLPac salah satu sesi untuk dikunjungi, sekaligus menjadikan lokasi penampilan baca puisi saat hari menjelang petang.
KLPac sudah lama aku kenal namanya. Sebahagian besar para orang kesenian yang bergelut dengan dunia kreatif, tentulah mengimpikan tempat seperti ini. Salah satu impian masa kecilku, aku pernah memiliki mimpi, memiliki sebuah kawasan luas, dimana di dalam kawasan tersebut terdapat tempat dimana bisa digunakan oleh para senman dari mana saja, untuk menampilkan karyanya. Sebuah tempat terkelola dan serba guna.
Walau impian itu suatu hal yang muskil, namun sampai kini, impian itu tetap tumbuh subur dalam pemikiranku. Pemikiran akan kehidupan kesenian dan keberlanjutan budaya, dalam kehidupan berbangsa. Bagaimana setiap daerah di Indonesia semestinya sudah memerlukan fasilitas dan ruang semacam KLPac ini tapi terkelola dengan baik, pengelolaan yang professional. Selain memperbaiki sistim dan pembiayaan Taman Budaya tiap provinsi yang sudah ada atau juga seperti di Sumatera Barat selain memiliki Taman Budaya, juga telah dibangun Medan Nan Bapaneh di setiap kabupaten. Namun masih tetap belum hidup dengan baik, bahkan seringkali bak “karakok di ateh batu,” keberlansungannya.
Kemajuan yang dicapai Malaysia, disertai keinginan pemerintahnya untuk juga memajukan kebudayaan dan keseniannya. Karena hal itu dirasakan penting dalam kemajuan bangsanya agar dapat terpelihara dengan baik. KLPac adalah salah satu pusat seni terkenal di Kuala Lumpur. Memiliki fasilitas teater dan studio music. Memiliki areal terbuka yang luas. Bahkan juga digunakan sebagai pusat penelitian kesenian untuk kemajuan dan eksistensi kesenian di Malaysia. Sejak didirikan, rutin digelar pementasan drama, music dan tari, dengan banyak pengunjung.
Selain memiliki areal luas, patut dipujikan, pemanfaatan lahan diberikan untuk kepentingan kesenian dan kebudayaan, mengalahkan kepentingan bisnis. Dengan areal yang memadai, berada di tengah metropolitan Kuala Lumpur, bukan tidak mungkin dijadikan hotel, condominium atau mall, yang lebih menggoda mendatangkan keuntungan besar dan representative. Itu artinya, suatu penghargaan bagi dunia kesenian dan kebudayaan. Sungguh beruntung seniman dan penggerak kesenian dan kebudayaan memiliki fasilitas semacam KLPac.
Yang
sangat menarik, sejarah kawasan Sentul Park dan bangunan di dalamnya, memiliki
arti penting dalam perjalanan sejarah Malaysia di masa lalu. Bangunan KLpac adalah salah satu bangunan di Sentul Park, merupakan bekas gudang
kereta api di masa lalu. Merombak
fitur jendela kaca sepanjang depan bangunan , serta jalan menuju ke gedung. Pada
1800-an, bangunan itu menjadi lokakarya kayu kerajinan dan sawmill. Pada
tahun 1906, ia menjadi bagian dari Sentul Pekerjaan, depot & lokakarya kereta api. Kemudian
dibom selama Perang Dunia II. Bagian ujung ekor hancur tapi segera dibangun
kembali. Dijadikan menjadi klub golf. Di akhir 1960-an, ditinggalkan. Di awal 1990-an,
kemudian sebagai tempat seni pertunjukan.
Pada tahun 1995 ,
Faridah Merican dan Joe Hasham mendirikan dan mengelola teater di Malaysia di bawah Dataran Merdeka, yang
disebut The Actor Studio di PlazaPutra. Pada
tahun 2003, banjir bandang di Kuala Lumpur menghancurkan kompleks bawah tanah
dimana aktifitas mereka selenggarakan. Pada
bulan Mei 2004, Yayasan Budi Penyayang Malaysia, YTL Corporation Berhad dan The
Actors Studio Malaysia menciptakan sebuah platform bersama - untuk
mengembangkan seni pertunjukan, yang menjadi Kuala Lumpur Performing Arts
Centre ( KLPac ) di Sentul Park. KLPac
dibuka pada Mei 2005.
Siapa yang membiayai KLPac ini? Ialah The Corporation
Petronas. Tujuan utamanya ialah untuk menjadi wadah dan arena bagi para kawula
muda di Kuala Lumpur khususnya dan Malaysia secara umum yang memiliki
kecenderungan untuk berkesenian yang tinggi. Tempat ini terbuka untuk
masyarakat yang ingin menyaksikan berbagai pertunjukan seni, tarian maupun music,
termasuk para wisatawan asing. Banyak musisi dan seniman lokal maupun
mancanegara, ikut ambil bagian dalam setiap perhelatan di tempat ini.
Dengan memanfaatkan salah satu sisi bangunan KLPac, Numera
2014, menjadikan sebagai salah satu panggung untuk baca puisi oleh penyair
peserta Numera 2014. Jauh dari suasana formal. Teramat berkesan bagiku dan
melambungkan berbagai “mimpi-mimpi” yang jauh lebih berkembang untuk kehidupan
kesenian. Termasuk merasa beruntung dapat mengenal dan berfoto bersama Pui See,
p. o. to executive produser KLPac di petang hari itu.
Pun menjelmakan mimpi dalam diriku, mana tahu suatu saat aku
bisa baca puisi atau pameran foto atau pameran lukisan di sini. Setidaknya, aku
telah merasa beruntung dapat datang mengunjungi KLPac, 23 Mei 2014. Sambil
berkata pada diriku sendiri, “Andaikan suatu hari kelak datang lagi ke
Malaysia, aku masih ingin untuk datang ke KLPac!”
abrar khairul ikhirma
kampoeng belacan
26 maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar