SALAH satu kemacetan kemajuan ilmu pengetahuan disebabkan tidak banyaknya teraplikasikan yang dihasilkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tanpa aplikasi ilmu pengetahuan tidak berkembang. Karena dia hanya akan menjadi teori-teori dan strategi-strategi belaka
Apabila ilmu pengetahuan diaplikasikan, kemajuannya akan dapat terlihat sekaligus, dan dapat dirasakan bersama. Otomatis satu sama lain akan berlomba melahirkan berbagai konsep dan mengadirkan produk-produk yang dibutuhkan untuk kebutuhan manusia yakni kehidupan masyarakat kita.
Lembaga-lembaga pendidikan semakin banyak tumbuh dimana-mana dan pemerintah sendiri menyediakan anggaran cukup besar untuk biaya pendidikan dari tahun ke tahun. Sayang, kita masih saja baru menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang haus menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan pengangguran yang berpendidikan. Jumlahnya amat mengerikan dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia.
Sementara yang melakukan terobosan dengan mandiri (swasta) amatlah sedikit. Padahal dengan adanya pionir-pionir menerobos itulah yang dapat memecahkan permasalahan kita yakni ketersediaan lapangan pekerjaan. Rentetan itu kian panjang kalau kita uraikan lebih jauh. Ketidak-seimbangan itu kian terjadi dan ekses-eksesnya hadir hampir tiap detik di kalangan masyarakat kita. Bagaikan gangguan duri di dalam daging. Semuanya membuat kita panik dan putus asa. Pesimis dan anti pati pada hal apa saja.
Pendidikan karakter waktu lalu sempat menjadi wacana yang menghangat. Namun namanya wacana biasanya akan tinggal di wacana saja. Asyik disebut dalam pidato dan diulang-ulang di media masa belaka lalu menjadi hambar. Tidak mudah melaksanakan gerakan pendidikan karakter. Karena semuanya tetap saja berawal dari kehidupan “di rumah,” yakni “kehidupan lingkungan tempat lahir dan dibesarkan.” Lingkungan luar rumah hanya akan membentuk tapi dasar-dasar semuanya adalah di rumah. Jika dasarnya tidak pada tempatnya, tentu akan membuat perubahan luar biasa kelak jika mereka harus menghadapi kehidupannya.
Karenanya, kita memerlukan manusia-manusia yang creative. Manusia-manusia yang mampu mensiasati berbagai keadaan. Mereka yang creative itulah yang mampu menciptakan alternative dirinya, lingkungannya, ilmu pengetahuan dan segala produk-produknya di semua lini yang kita butuhkan. Indonesia butuh manusia creative.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar