# puisi abrar khairul ikhirma
Wahai panas nan garang
Bakar, bakarlah aku dengan apimu
Aku hanya kayu lapuk dimakan musim
Kering kerontang dari siang ke siang
Lumatlah aku dengan gejolak lidahmu itu
Jadikan aku arang atau pun abu
Lalu sekali waktu diterbangkan angin menderu
Berserak tak menentu
Wahai panas nan garang
Bakar, bakarlah aku dengan apimu
Aku menyerah tiada ragu
Daripada kau lumat aku perlahan-lahan
Dengan embun di malam-malam yang bisu
Dalam hening sunyi menyembilu hidupku
Kalau memang itu yang mau kau tuju padaku
Aku pasrah dan menyerah….
[puisiku:23-01-12]
Selasa, 31 Januari 2012
Minggu, 08 Januari 2012
Menuju “Indonesia Creative”
SALAH satu kemacetan kemajuan ilmu pengetahuan disebabkan tidak banyaknya teraplikasikan yang dihasilkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tanpa aplikasi ilmu pengetahuan tidak berkembang. Karena dia hanya akan menjadi teori-teori dan strategi-strategi belaka
Apabila ilmu pengetahuan diaplikasikan, kemajuannya akan dapat terlihat sekaligus, dan dapat dirasakan bersama. Otomatis satu sama lain akan berlomba melahirkan berbagai konsep dan mengadirkan produk-produk yang dibutuhkan untuk kebutuhan manusia yakni kehidupan masyarakat kita.
Lembaga-lembaga pendidikan semakin banyak tumbuh dimana-mana dan pemerintah sendiri menyediakan anggaran cukup besar untuk biaya pendidikan dari tahun ke tahun. Sayang, kita masih saja baru menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang haus menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan pengangguran yang berpendidikan. Jumlahnya amat mengerikan dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia.
Sementara yang melakukan terobosan dengan mandiri (swasta) amatlah sedikit. Padahal dengan adanya pionir-pionir menerobos itulah yang dapat memecahkan permasalahan kita yakni ketersediaan lapangan pekerjaan. Rentetan itu kian panjang kalau kita uraikan lebih jauh. Ketidak-seimbangan itu kian terjadi dan ekses-eksesnya hadir hampir tiap detik di kalangan masyarakat kita. Bagaikan gangguan duri di dalam daging. Semuanya membuat kita panik dan putus asa. Pesimis dan anti pati pada hal apa saja.
Pendidikan karakter waktu lalu sempat menjadi wacana yang menghangat. Namun namanya wacana biasanya akan tinggal di wacana saja. Asyik disebut dalam pidato dan diulang-ulang di media masa belaka lalu menjadi hambar. Tidak mudah melaksanakan gerakan pendidikan karakter. Karena semuanya tetap saja berawal dari kehidupan “di rumah,” yakni “kehidupan lingkungan tempat lahir dan dibesarkan.” Lingkungan luar rumah hanya akan membentuk tapi dasar-dasar semuanya adalah di rumah. Jika dasarnya tidak pada tempatnya, tentu akan membuat perubahan luar biasa kelak jika mereka harus menghadapi kehidupannya.
Karenanya, kita memerlukan manusia-manusia yang creative. Manusia-manusia yang mampu mensiasati berbagai keadaan. Mereka yang creative itulah yang mampu menciptakan alternative dirinya, lingkungannya, ilmu pengetahuan dan segala produk-produknya di semua lini yang kita butuhkan. Indonesia butuh manusia creative.
Apabila ilmu pengetahuan diaplikasikan, kemajuannya akan dapat terlihat sekaligus, dan dapat dirasakan bersama. Otomatis satu sama lain akan berlomba melahirkan berbagai konsep dan mengadirkan produk-produk yang dibutuhkan untuk kebutuhan manusia yakni kehidupan masyarakat kita.
Lembaga-lembaga pendidikan semakin banyak tumbuh dimana-mana dan pemerintah sendiri menyediakan anggaran cukup besar untuk biaya pendidikan dari tahun ke tahun. Sayang, kita masih saja baru menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang haus menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan pengangguran yang berpendidikan. Jumlahnya amat mengerikan dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia.
Sementara yang melakukan terobosan dengan mandiri (swasta) amatlah sedikit. Padahal dengan adanya pionir-pionir menerobos itulah yang dapat memecahkan permasalahan kita yakni ketersediaan lapangan pekerjaan. Rentetan itu kian panjang kalau kita uraikan lebih jauh. Ketidak-seimbangan itu kian terjadi dan ekses-eksesnya hadir hampir tiap detik di kalangan masyarakat kita. Bagaikan gangguan duri di dalam daging. Semuanya membuat kita panik dan putus asa. Pesimis dan anti pati pada hal apa saja.
Pendidikan karakter waktu lalu sempat menjadi wacana yang menghangat. Namun namanya wacana biasanya akan tinggal di wacana saja. Asyik disebut dalam pidato dan diulang-ulang di media masa belaka lalu menjadi hambar. Tidak mudah melaksanakan gerakan pendidikan karakter. Karena semuanya tetap saja berawal dari kehidupan “di rumah,” yakni “kehidupan lingkungan tempat lahir dan dibesarkan.” Lingkungan luar rumah hanya akan membentuk tapi dasar-dasar semuanya adalah di rumah. Jika dasarnya tidak pada tempatnya, tentu akan membuat perubahan luar biasa kelak jika mereka harus menghadapi kehidupannya.
Karenanya, kita memerlukan manusia-manusia yang creative. Manusia-manusia yang mampu mensiasati berbagai keadaan. Mereka yang creative itulah yang mampu menciptakan alternative dirinya, lingkungannya, ilmu pengetahuan dan segala produk-produknya di semua lini yang kita butuhkan. Indonesia butuh manusia creative.
Sabtu, 07 Januari 2012
Catatan Januari
Memang banyak yg tak sesuai dgn kenyataan dalam penglaman hdp kita, namun disanalah kita utk hati2 mengenali akan sesuatu, terkadang org tidak dtg dr dia tp kita yg suka terlanjur pd orang, saat tk sesuai, ada rs bersalah dlm menetapkan pilihan...
kita tak dapat mengatakan itu tidak baik, yang tahu buruk baiknya dan dapat menentukan adalah yg bersangkutan, sesuai dgn pilihannya. yg dapat disarankan ialah
jika dia yg memulai untuk mendekati ia harus menyelesaikan dgn baik2 agar org yg dituju tdk tersakiti dan dia sendiri tdk memiliki rs dihantui rasa bersalah kemudiannya.
jika org itu yg berusaha mendekatinya, maka dia memiliki daya tawar yg lbh tinggi untuk menyampaikan rasa suka dan tidak sukanya, tentu saja tdk mencari2 alasan yg tdk masuk akal. buatlah suatu alasan yg baik dan tidak membuat rasa sakit pada orang lain. sbb jika dia menciptakan rs skt pd org, hanya akan mendatangkan keburukan utk dirinya sendiri...
kita tak dapat mengatakan itu tidak baik, yang tahu buruk baiknya dan dapat menentukan adalah yg bersangkutan, sesuai dgn pilihannya. yg dapat disarankan ialah
jika dia yg memulai untuk mendekati ia harus menyelesaikan dgn baik2 agar org yg dituju tdk tersakiti dan dia sendiri tdk memiliki rs dihantui rasa bersalah kemudiannya.
jika org itu yg berusaha mendekatinya, maka dia memiliki daya tawar yg lbh tinggi untuk menyampaikan rasa suka dan tidak sukanya, tentu saja tdk mencari2 alasan yg tdk masuk akal. buatlah suatu alasan yg baik dan tidak membuat rasa sakit pada orang lain. sbb jika dia menciptakan rs skt pd org, hanya akan mendatangkan keburukan utk dirinya sendiri...
Langganan:
Postingan (Atom)